among us

Tuesday 30 June 2015

Bromo Tengger Semeru (2)

Jam 3 pagi, saya dibangunkan pemilik homestay yang katanya bersiap-siap buat dijemput mobil ke Penanjakan 1. Ternyata, suasana saat itu sudah rame baik oleh kita yang di rumah maupun turis lain yang ada di luar menunggu mobil. Kabut masih tebal sekali dan suhu jangan ditanya dinginnya. Satu set jaket dengan sarung tangan plus kupluk jadi penghangat badan, kecuali bagian muka yang tetap terpapar dinginnya suhu, apalagi ujung hidung.

Sampai setengah jam kemudian, kita masih menunggu mobil. Saya gak berani minum banyak , seperti rutinitas biasanya karena takut gak ada toilet. Belakangan, saya akhirnya ketemu juga toilet di kawasan Lautan Pasir tempat parkir mobil 4wd. Saya juga bawa biskuit 2 bungkus kecil buat pengganjal perut sementara. Empat puluh lima menit kemudian, datanglah mobil kami dengan sudah ada 2 penumpang di depan, dan kemudian kita menjemput 2 orang lagi. Total semuanya 6 orang yang akan melihat matahari terbit.

Setelah bertarung mempertahankan posisi duduk di tengah guncangan mobil selama satu jam, plus menahan rasa kantuk yang mendera, sampailah kita di kaki bukit (atau gunung?) Penanjakan 1. Untunglah, mobil kita parkir cukup dekat ke puncak, jadi gak perlu ambil ojek buat ke atas. Jalan kaki 10 menit, ternyata manusia segala ras sudah menunggu buat momen melihat matahari terbit. Sebelumnya, saya shalat di mushalla darurat di sebelah pondok pemantauan di Penanjakan. Saya usahakan berwudhu, walau dengan air yang dingin. Sebagian orang tua malah ambil tayamum, gak kuat dengan dinginnya air.

Pukul 05.30 WIB, pemandangan yang ditunggu pun tiba. Subhanallah, kali ini memang salah satu momen paling indah yang pernah saya saksikan. Dengan matahari terbit di sebelah kiri, pemandangan Gunung Batok, Bromo dan Semeru di depan saya, arah selatan dari pondok pemantauan. Lukisan alam yang indah, tak terlukiskan dengan kata-kata. Dengan Gunung Bromo yang mengeluarkan asap dan kabut di bawahnya menutupi seluruh area Lautan Pasir dan Cemoro Lawang. Sungguh Indah !

Sunrise View


Pukul 05.45 kita berangkat ke Gunung Bromo. Dari area parkir mobil ke puncak kawah Bromo ada dua pilihan : naik kuda dengan tarif yang makin turun jika semakin dekat dengan kawah, atau berusaha dengan kaki sendiri. Sebagai petualang sejati dan gak punya duit banyak (hehe...) saya pilih yang kedua. Jalan kaki dari parkir ke kaki gunung sebelum tangga sudah 20 menit, plus 15 menit naik tangga yang kata orang nggak sama jumlahnya. Saya? Boro-boro ngitung jumlah anak tangga, saya malah sesak napas buat naik dan berhenti di "pit stop" yang ada 3 menuju puncak. Waktu turun, saya malah fokus buat foto-foto. Jadi, kesimpulannya, saya gak tau persis berapa jumlah anak tangga ke Puncak Bromo.

Gunung Batok, Bromo dan Semeru


Singkat cerita, kemudian kami ke Bukit Teletubbies dan kawasan banyak ilalang. Pukul 09.30 kita kembali ke Cemoro Lawang. Saya kembali ambil bison ke terminal Probolinggo, untuk naik bus ke Surabaya. Kereta api dari Stasiun Pasar Turi berangkat pukul 21.00.Berakhirlah secara resmi liburan saya selama 10 hari, kemudian tiba di Jakarta keesokan paginya.

Thursday 18 June 2015

Bromo Tengger Semeru (1)

Dengan menaiki bus malam seharga Rp175.000, berangkatlah saya menuju tujuan saya berikutnya di Jawa Timur. Yap, Gunung Bromo di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru merupakan daya tarik yang sungguh menawan. Berkali-kali saya hanya mampu melihat dan mendengar tentang kawasan ini, pada kali ini saya akan menuju ke sana dan menyaksikan langsung momen paling ditunggu umat manusia yang berkunjung ke sana : Melihat Matahari Terbit.

TN BTS di Siang Hari dari Cemoro Lawang


Pukul 08.00, saya sampai di kota Probolinggo. Itupun, saya tidak diturunkan di terminal Probolinggo tapi hanya di persimpangan menuju terminal. Jaraknya sekitar 500 meter, berjalan kaki dalam 10 menit. Tapi kalau malas, silakan naik angkot yang menuju ke terminal. Di perjalanan ke terminal, saya singgah ke Indomaret untuk beli air dan mie instan (yang pastinya untuk menghemat... :D ). Tak jauh dari terminal, akan kelihatan bus minivan L300 yang parkir di sisi selatan dari gerbang terminal, di pinggir jalan. Itulah Bison, kendaraan umum satu-satunya menuju ke Cemoro Lawang, titik terdekat menuju Bromo.

Lama menunggu, setelah 5 jam (benar, 5 JAM ! ) akhirnya kami berangkat karena memang sistemnya menunggu penumpang penuh. Kebanyakan pelancong yang akan ke Bromo tiba siang di Probolinggo, jadi gak perlu buru-buru datang pagi karena takut gak dapat bison. Melewati tipikal jalan pegunungan yang berliku, 2 jam kemudian tibalah kita di Cemoro Lawang, persis di sisi kawasan BTS. Pemandangan ladang bawang, kentang dan sayuran diselingi hutan pinus merupakan hal yang indah yang dijumpai.

Sesampainya di Cemoro Lawang, dengan tiket bison Rp35.000 kami menyewa jeep untuk ke Bromo besok dengan harga Rp150.000 belum termasuk biaya masuk kawasan TN BTS. Belakangan, kami baru tahu kalau tiket masuk sebenarnya tidak ada diberikan tiket dan untungnya, teman satu jeep ternyata bayar mahal sampai ke Bukit Teletubbies. Jadi, saya dengan harga segitu (mestinya full paket dibayar Rp325.000) bisa ke semua tempat, hahaha....

Setelah menentukan pilihan penginapan di Yogi Guesthouse, saya langsung tidur buat istirahat. Menjelang maghrib, saya baru terbangun dan saat itu kabut sudah mulai turun. Suhu pun sudah mulai dingin sekitar 15-20 derajat Celcius. Makin malam, makin dingin dan saya yang tidak tahan dingin segera pakai jaket. Saya cuek aja dibilangin turis bule kalau suhu begini biasa buat mereka. Ya, terserah elo deh ! Bahkan teman turis di guesthouse yang sudah separuh baya menyindir kami yang masih muda karena ambil jeep ke atas, sedangkan dia maunya hiking pakai kaki ke atas, entah karena memang petualang sejati atau menghindari tiket Tn BTS yang Rp200.000 buat wisatawan asing. Kita sih bodo amat, saya juga bukan pendaki gunung kok...


Tuesday 2 June 2015

Bali , Wisata dan Motor

Sesampainya kami di Bali dari Lombok, beruntunglah kami menginap di Hotel Kartika Plaza selama 2 malam. Saya tak tahu berapa bintang hotel ini, tapi luar biasa bagus untuk ukuran backpacker, he he he...
Kebetulan ada kenalan om yang menawarkan untuk menginap di tempat ini, dan sayang untuk ditolak oleh kami. Hotel ini sendiri berbatasan langsung dengan Pantai Kuta dan Selat Bali, tinggal jalan sedikit saja dari belakang hotel ke Pantai Kuta.

Patung Wisnu di GWK


Besoknya, hal yang pertama kita lakukan adalah rental motor. Ada banyak sekali rental motor di kawasan Kuta, Legian dan sekitarnya. Tarifnya Rp50.000 untuk 24 jam, pakai jaminan KTP. Ini adalah cara yang paling murah buat keliling Bali, sekaligus cara paling cepat menghitamkan kulit tanpa berjemur di pantai :D kebanyakan motor yang disewakan sih matic dengan kondisi bagus, walaupun selalunya bermasalah dengan rem yang agak blong.

Dari 3 tempat yang kita kunjungi, GWK, Danau Beratan dan Tanah Lot, semuanya memang luar biasa bagus terutama di Danau Beratan dan Tanah Lot. Waktu perjalanan naik motor ke Danau Beratan kurang lebih 3 jam plus tanya-tanya orang dan isi bensin. Kalau ke Tanah Lot, lebih kurang 2 jam itupun berhenti karena hujan mengguyur di tengah jalan, untungnya saya bawa jas hujan traveling sekali pakai. Tipikal jalan di Bali adalah sempit dengan banyak belokan, kecuali yang ke arah Danau Beratan yang luruuuss aja dengan pemandangan sawah di kiri kanan dan warung babi guling sepanjang jalan bergantian.

Tips untuk yang sewa motor, pastikan Anda punya SIM dan STNK ada di motor, walaupun polisi jarang sekali kelihatan dan menilang. Pastikan bensin penuh dan cek selalu rem. Rem ini yang suka agak blong. Pastikan helm juga dipasang, jangan ragu bertanya kalau dirasa salah jalan. Hati-hati dengan bule yang bawa motor, apalagi yang bawa papan surfing. Bule di sini biasanya suka kurang taat peraturan dengan lalu lintas Bali yang saya kagumi, taat peraturan. Tidak ada kenderaan yang melewati garis batas di persimpangan baik di Denpasar maupun di pelosok Bali, semuanya sabar menunggu lampu hijau yang menyala. Satu-satunya pertanda kalau saya masih di Indonesia adalah klakson masih sering terdengar.

Jika Anda sudah siap mental dan fisik, dengan kondisi keuangan terbatas, silakan pilih naik motor buat mengunjungi tempat wisata di Bali...:)