Sampai setengah jam kemudian, kita masih menunggu mobil. Saya gak berani minum banyak , seperti rutinitas biasanya karena takut gak ada toilet. Belakangan, saya akhirnya ketemu juga toilet di kawasan Lautan Pasir tempat parkir mobil 4wd. Saya juga bawa biskuit 2 bungkus kecil buat pengganjal perut sementara. Empat puluh lima menit kemudian, datanglah mobil kami dengan sudah ada 2 penumpang di depan, dan kemudian kita menjemput 2 orang lagi. Total semuanya 6 orang yang akan melihat matahari terbit.
Setelah bertarung mempertahankan posisi duduk di tengah guncangan mobil selama satu jam, plus menahan rasa kantuk yang mendera, sampailah kita di kaki bukit (atau gunung?) Penanjakan 1. Untunglah, mobil kita parkir cukup dekat ke puncak, jadi gak perlu ambil ojek buat ke atas. Jalan kaki 10 menit, ternyata manusia segala ras sudah menunggu buat momen melihat matahari terbit. Sebelumnya, saya shalat di mushalla darurat di sebelah pondok pemantauan di Penanjakan. Saya usahakan berwudhu, walau dengan air yang dingin. Sebagian orang tua malah ambil tayamum, gak kuat dengan dinginnya air.
Pukul 05.30 WIB, pemandangan yang ditunggu pun tiba. Subhanallah, kali ini memang salah satu momen paling indah yang pernah saya saksikan. Dengan matahari terbit di sebelah kiri, pemandangan Gunung Batok, Bromo dan Semeru di depan saya, arah selatan dari pondok pemantauan. Lukisan alam yang indah, tak terlukiskan dengan kata-kata. Dengan Gunung Bromo yang mengeluarkan asap dan kabut di bawahnya menutupi seluruh area Lautan Pasir dan Cemoro Lawang. Sungguh Indah !
Sunrise View |
Pukul 05.45 kita berangkat ke Gunung Bromo. Dari area parkir mobil ke puncak kawah Bromo ada dua pilihan : naik kuda dengan tarif yang makin turun jika semakin dekat dengan kawah, atau berusaha dengan kaki sendiri. Sebagai petualang sejati dan gak punya duit banyak (hehe...) saya pilih yang kedua. Jalan kaki dari parkir ke kaki gunung sebelum tangga sudah 20 menit, plus 15 menit naik tangga yang kata orang nggak sama jumlahnya. Saya? Boro-boro ngitung jumlah anak tangga, saya malah sesak napas buat naik dan berhenti di "pit stop" yang ada 3 menuju puncak. Waktu turun, saya malah fokus buat foto-foto. Jadi, kesimpulannya, saya gak tau persis berapa jumlah anak tangga ke Puncak Bromo.
Gunung Batok, Bromo dan Semeru |
Singkat cerita, kemudian kami ke Bukit Teletubbies dan kawasan banyak ilalang. Pukul 09.30 kita kembali ke Cemoro Lawang. Saya kembali ambil bison ke terminal Probolinggo, untuk naik bus ke Surabaya. Kereta api dari Stasiun Pasar Turi berangkat pukul 21.00.Berakhirlah secara resmi liburan saya selama 10 hari, kemudian tiba di Jakarta keesokan paginya.