among us

Sunday 29 December 2013

Sunflower Fields, Lop Buri, Thailand - Part 1

Tak disangka, perjalanan ke Thailand kali ini memiliki banyak rasa. Salah satunya adalah dengan mengunjungi perkebunan bunga matahari di Lop Buri, Thailand. Setau saya, ladang bunga matahari adanya di Ukraina yang paling banyak, eh gak taunya di Thailand juga ada. Sejauh mata memandang yang tampak hanya bunga matahari yang sedang bermekaran dengan indah, seperti di negeri dongeng !


Perjalanan dimulai dari Bangkok pagi-pagi buta. Naik kereta api tut..tut..tut....dari stasiun Hua Lamphong ke Lop Buri yang memakan waktu 4 jam, berangkat pukul 04.50. Perjalanan sebenarnya bisa lebih cepat, tapi maklum aja jadi lama soalnya kita naik kereta api kelas 3 yang cuma bayar 28 baht. Kereta api juga berhenti di setiap stasiun dan menjelang pagi mulailah banyak umat manusia yang naik, terutama para pelajar.

Singkat cerita, setelah perjalanan 4 jam , tidur di kereta api , dan kedinginan (soalnya suhu di Thailand saat itu 'hanya' 15 derajat ! orang lokal aja pakai jaket, saya malah gak bawa karena kepikir bakal berat-beratin....:(   ) sampai rombongan kita di Lop Buri Station. Kabar baiknya, kita boleh titip tas di stasiun dengan bayar 10 baht untuk 1 hari, dan setelah itu saya segera ke 7-11 buat nyari sarapan, soalnya lapar banget! Hehe....

Perjalanan pun diwarnai aksi yang mengagumkan : karena keterbatasan bahasa, ketua kelompok kita, sis Zilla dengan keadaan putus asa akhirnya bertanya dengan bahasa Melayu pada orang lokal ! sungguh interaksi yang membingungkan dan momen yang lucu, seperti kita ada di planet lain.....akhirnya, kita naik bus dari stasiun dengan bayar 8 baht, turun di terminal Lop Buri dan naik lagi bus. Kita cuma nunjukin gambar Sunflower Fields ke kondektur (entah kenapa, semua kondektur di Thailand adalah perempuan....mungkin biar penumpangnya nayaman? ) dan kondektur mengangguk. 

Dalam bis, niatnya kita sih pengen rehat. Eh...ada ibu-ibu yang berusaha ngobrol sama kita... udah saya jawab dengan, " Sorry, I don't speak Thai" si ibu masih aja ngotot pengen ngobrol. Akhirnya ya saya cuma liat depan aja dan membiarkan si ibu ngomong sendiri. Terserah deh, mau ngomong apa...udah dibilang gak bisa ngomong bahasa Thai masih juga maksa pakai bahasa Thai...:p

Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam...ternyata kita cuma turun di persimpangan menuju ladang bunga mataharinya. Memang, sejak di perjalanan kita sudah melihat ladang bunga matahari yang menguning dan sudah mulai takjub. Tapi, memang ada satu kawasan khusus untuk turis. Persimpangan ini adalah pintu masuk ke Sunflower Fields yang jaraknya....6 km lagi ! supir tuk-tuk mulai gencar menawarkan aksi mereka, toh nggak kami gubris karena yakin mau jalan kaki (walaupun sebenarnya agak pesimis juga...hehe...) hingga akhirnya, ada seorang perempuan memanggil kami menanyakan mau kemana, dan dengan baik hati mau mengantar kami karena dia juga mau ke Sunflower Fields...Yeaay....!(bersambung)

Sunday 15 December 2013

Next Trip : Thailand - Kamboja

Boleh dibilang, perjalanan untuk liburan terakhir di 2013 ini sangat menghebohkan dan bikin semuanya sibuk. Semestinya, liburan kali ini secara penuh akan dilaksanakan di Thailand tapi....terpaksa tukar jadwal ke Kamboja karena ada beberapa halangan (yang nanti saya ceritakan). Gak apa-apa juga sih, lumayan dapat cap Kamboja...hehe...

Peta Thailand dan Kamboja , sumber Google


Perjalanan dirancang sejak 2 bulan sebelum berangkat, malah dari September kalau nggak salah ingat. Namun, tidak ada perkembangan berarti sampai pertengahan November karena rumit dan ribetnya perjalanan kali ini : diikuti 6 orang dari dua negara dan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, dan cuma saya sendiri dari Indonesia. Koordinator dan ketua grup kali ini adalah sis Zilla yang dari Malaysia, yang paling sibuk dan paling bertanggung jawab untuk kelancaran perjalanan di Thailand kali ini. Yang di Kamboja sepenuhnya urusan saya, soalnya kontrak grup cuma untuk di Thailand (udah kayak bangun pabrik aja pakai kontrak...).

Drama dan lika-liku yang dihadapi, antara lain :

1. Semula, perjalanan di Thailand sampai dengan 25 Desember....namun ketua koordinator ternyata nggak dikasih cuti lebih panjang....jadinya perjalanan diperpendek sampai 22 Desember aja....kasian...

2. Saya yang lebih was-was, soalnya tiket KNO-KUL udah dipesan jauh hari untuk kepulangan 27 Desember....atas saran dari ketua koordinator juga lah saya putuskan ke Kamboja (mau liat Angkor Wat juga).

3. Komunikasi via e-mail antar anggota intensif sekali, sampai hal yang detail disepekati bersama

4. Untungnya, saya dapat tiket promo Thai Lion Air, anak usaha penerbangan Lion Air "tercinta" hanya dengan 950 baht dari DMK ke KUL dan RM 99 naik Air Asia dari KUL - DMK

5. Ehh...tau-taunya di awal Desember, kerusuhan terjadi di Bangkok. Semuanya pada sibuk dan mulai berkoordinasi dan cari-cari informasi soal kerusuhan ini. Untungnya, kita dapat kabar kalau turis aman-aman aja di Bangkok asal menghindar dari kerumunan massa. Fiiuuhhh...

6. Seperti biasa, saya selalu dapat penerbangan di jam yang nggak enak....mesti atur strategi berangkat dari rumah pagi-pagi buta...*nasib backpacker kere*.....

Dan, saya mau lihat gimana perjalanan kali ini dengan kompleksitas tingkat tinggi ini. Semoga perjalanan kali ini sukses dan selamat semuanya. Aamiinn.....


Sunday 10 November 2013

Ultimate Wishlist 2014 - Trans Java - Lesser Sunda Islands

Rencana liburan saya tahun depan ini terbilang cukup ambisius. Membayangkannya saja sudah pasti capek dan melelahkan, belum lagi persiapan fisik dan mental yang harus dihadapi. Yap....rencana keliling pulau-pulau dalam gugusan Sunda Kecil ( Bali + Nusa Tenggara) adalah yang ingin saya capai tahun depan. Estimasi biaya sih, belum dilakukan tapi estimasi waktu kira - kira 1 bulan. Mungkin saya bakal berangkat antara setelah Idul Fitri 2014 dan sebelum Natal 2014.

Foto Kepulauan Nusa Tenggara, dari Google


Rute yang dipikirkan : Medan - Jakarta - Semarang - Surabaya - Bali - NTB - NTT (kalau bisa sampe Timor Leste, syukur....) - PP.

Kenapa saya buat liburan ini ? Well, sebenarnya banyak kritikan yang saya terima dari teman ataupun keluarga, misalnya : Kenapa liburannya selalu ke luar negeri ? Kenapa nggak liburan di Indonesia ? Nggak cinta Indonesia? dll, dsb...

Jawaban saya sih, cuma satu : Tiket ke luar negeri lebih murah dibanding domestik, KNO-CGK aja jarang-jarang di bawah 500k....:p . Jadi, untuk membantah tuduhan saya tidak nasionalis, maka saya rencanakan liburan ini.

Sebisa mungkin, saya bepergian dengan alternatif termurah (namanya juga pelancong tas punggung...hehe) dan kalau ada saran dari pembaca, sangat ditunggu dan saya ucapkan terima kasih...:D

Sunday 27 October 2013

Dibalik Cerita Liburan PEN - HDY

Seperti kebanyakan perjalanan, tentu ada cerita suka dukanya...nah, di sini saya akan bagikan beberapa cerita kecil dan mungkin remeh yang terjadi sepanjang perjalanan liburan PEN - HDY kemarin....cekidot!



1. Sebenarnya, saya tidak tidur menjelang keberangkatan ke PEN...bukan karena apa-apa, tempat saya tidur di KNO ternyata dekat dengan bangunan tennant yang sedang dibangun (24 jam tanpa henti!) dan waktu pindah ke mushalla, mushallanya dingin betul...brrr.....

2. Waktu coba mau tidur di pesawat, eh...lampunya dipadamkan cuma 15 menit doang..(ya iyalah...KNO-PEN kan cuma seberang selat....)

3. Kesalahan fatal : saya gak bawa uang receh buat naik bus ke Komtar...dengan terpaksa saya kasi RM3 ke supir...eh, ternyata di dalam ada abang-abang yang juga dari Medan bawa satu kantong plastik uang receh...hadeeuuhh...tau gitu tadi minta tukar....

4. Tiket van ke HDY adalah RM30 sedangkan sebaliknya di HDY ke PEN, bayarnya 400 baht...nggak tau kok beda gitu (padahal, van nya isi bensin di wilayah Malaysia yang bensinnya disubsidi....Thailand tidak ada subsidi...).

5. Harga barang dan makanan di Thailand kok rasanya sama aja...yang murah saya beli cuma air mineral , 7 baht untuk 600ml...lainnya, harganya sama kayak di Indonesia berdasaran pengamatan di 7-11 di Thailand...

6. Waktu di Imigrasi Thailand, sebenarnya saya pengen buang air kecil. Maka pergilah saya ke WC yang kondisinya alakadarnya dan bayar 5 baht. Tau apa yang terjadi? Si petugas mengembalikan pakai 20 sen ringgit, bukan 2 baht karena tarifnya 3 baht...Entah karena si abang tau kita mau ke Malaysia atau kebetulan ringgit waktu itu lebih rendah dari baht...Eh, pas saya lihat WC di bagian Imigrasi Malaysia, ternyata gratis....tau gitu tahan aja sampai ke wilayah Malaysia...

7. Kesalahan fatal lain : Saya kira Gurney Drive (lihat gambar di atas yang diambil dari area Gurney Drive) ke Jetty, tempat pool bus RapidPenang hanya 1-2 km...maka saya putuskan jalan kaki...ternyata...saya jalan kaki 1 jam 15 menit ! berarti hampir 5 km jaraknya. Sampai di pool bus, pukul 20.15 dan berangkat pukul 20.25, sampai di bandara pukul 21.15.

8. Karena saya tiba pukul 21.15 dan penerbangan berangkat pukul 22.05 saya sempat diomelin petugasnya...katanya sih check in dah lama tutup, untung yang petugas counternya masih mau melayani...nyaris gak bisa pulang...-_-"

9. Pasembur yang saya bawa dari Malaysia selamat sampai ke rumah, hehe....(yang ini kurang penting).

Sunday 20 October 2013

Epilog : Pra Keberangkatan Trip PEN - HDY

Setelah sebelumnya saya memutuskan untuk mengambil pilihan naik Damri yang terakhir untuk ke bandara Kualanamu, maka saya pun bergegas untuk ke pool bus yang terletak di salah satu mall di Medan. Setibanya di sana pukul 21.30 , eh...ternyata petugasnya bilang udah mau berangkat. Lah, saya mana waktu itu mau ke toilet dan mau ambil uang aja gak sempat, karena petugas bilang bus akan segera berangkat. Untung saya nggak ketinggalan, kalau nggak terpaksa deh naik taksi....




Naik ke bus, yang busnya ukurannya lebih kecil dari bus Damri yang di Jakarta, ternyata yang naik cuma 3 orang termasuk saya. Setelah cerita-cerita , ternyata si abang yang penumpang juga berangkatnya jam 7 pagi dan sengaja naik Damri supaya murah dan nggak ketinggalan. Haha...ternyata ilmu pengiritan kita sama dan setipe. Di tengah jalan, petugas mengutip ongkos yang besarnya Rp15.000 dan kemudian dikasi tiket. Perjalanan mulus sampai ke bandara, kurang lebih 1 jam dari berangkat.

Di bandara, sudah jelas...saya mencari toilet dulu dan ATM buat ngambil uang. ATM di lantai paling atas sih, OK dan bagus. Nah, toilet yang di lantai bawah waktu itu becek dan banyak bekas sepatu. Parahnya, tipikal orang Indonesia, udah tau toilet duduk masih juga dipakai jongkok yang terlihat bekas sepatu di tutupan toilet..-_-" . Setelah ketemu ATM, cari makanan di gerai penjualan barang, terus cari lapak buat tidur.

The best spot untuk tidur adalah di lantai 2 di daerah tempat tennant-tennant kopi yang sudah tutup. Di sana banyak sekali bangku-bangku kosong setelah tengah malam. Sayangnya, saya gak bisa tidur di sana soalnya, masih ada tennant yang under construction walaupun tengah malam. Kayaknya benar-benar diburu untuk pembukaan. Lokasi kedua, saya coba tidur di mushalla. Di sini sih, tenang dan sunyi... tapi dinginnya gak tahan, soalnya AC 24 jam dan terlalu besar PK-nya untuk mushalla yang kecil. Walhasil, udah pakai jaket dan melilit tubuh, tetap aja kedinginan.

Pukul 4, saya sudah check in dan menuju ke ruang tunggu. Hal lainnya, ternyata kalau mau ke toilet mesti keluar dari ruang tunggu dan masuk lagi dari depan dan diperiksa lagi sama petugas...-_-" . Untung ada travelator yang bisa menghemat energi, tapi jadi repot sendiri karena harus diperiksa ulang. Dan sampai keberangkatan, praktis saya nggak tidur.

Secara umum, bandara baru Kualanamu lebih bagus dan lebih luas dari Polonia. Kalau mau dibandingkan, gaya arsitektur bandara mirip sama Terminal 3 Soekarno Hatta atau bandara Sultan Hasanuddin. Langit-langit tinggi dan dekorasi yang modern. Sejujurnya, saya jauh lebih suka di bandara ini dibandingkan Polonia dulu...Ya iyalah....Polonia kan udah kayak terminal bus, sesak dan sumpek kalau pas ramai. Semoga pihak pengelola mampu konsisten dalam merawat bandara ini.

Sunday 13 October 2013

Kata baru : Taekechow

Masih dalam rangkaian liburan di Hadyai kemarin, saya berkesempatan mengunjungi beberapa tempat wisata di sana. Nah, apa itu taekechow, artinya dan maksudnya akan saya ceritakan disini...#ala drama...



Tersebutlah...*gaya drama lagi*....Sewaktu saya dan teman yang baru kenalan di perjalanan ke Hadyai dalam perjalanan pulang dari Klong Hae floating market. Jadi, sebelumnya kita sudah sepakat sama supir tuk-tuk untuk bawa kita pergi-pulang ke Klong Hae dengan biaya 400 baht (yang menurut beberapa sumber blog yang saya baca, biasanya mereka minta 500-700 baht). Seperti biasa, supir tuk-tuk pun membawa kita ke tujuan dengan gaya mengemudi ala supir bajaj....kenapa? soalnya waktu belok, gak ada yang tau kalau tuk-tuknya mau belok kecuali Tuhan dan supir sendiri...mana belokannya patah lagi, pokoknya gak mulus deh. Hingga akhirnya sampai di Klong Hae.

Nah, ceritanya setelah kita mau pulang, kita kembali mencari tuk-tuk yang tadi kita sewa diantara hamparan tuk-tuk lain yang parkir di tempat parkir. Sewaktu kita naik dan duduk, pak supir ternyata ngobrol sesuatu sama kita. Deg.....saya khawatir kalau si supir minta tambahan ongkos lagi, soalnya kejadian begitu saya suka baca di blog. Dengan berusaha berbahasa Inggris yang bikin saya mau nangis untuk mengerti apa yang dibilang supir, saya pasang kuping baik-baik. Si supir mulai ngomong bahasa yang sama sekali tak saya mengerti...-_-"

Lantas, saya pun saling melihat dengan dua teman lain, yang juga sama-sama mendengar, seolah mau bilang "Lu ngerti kagak apa yang dibilang ini supir?" dan salah satu teman berusaha menrjemahkan. "Sorry, what you said?" kata teman saya yang dijawab supir "Taekechow, taekechow...only 600 baht...good." Lah....apa itu taekechow? nama barang? nama binatang? tempat wisata? Dan kita masih gak ngerti....-_-""

Si supir pun bilang lagi , "You speak Malay?" kami pun menjawab "yes" dan si supir kembali ngomong. Mungkin perasaan si supir, dia udah ngomong bahasa Melayu kok masih belum ngerti juga. Padahal, suara yang sampai ke telinga kami jelas-jelas bukan bahasa Melayu, logat yang manapun....huhuhu...rasanya pengen jedutin kepala ke dinding. Dan pada akhirnya dia bilang "Taekechow...Naked show...only 600 baht" ohhh....naked show...baru deh kita paham. Apa ???!!! Ternyata kita ditawari untuk melihat naked show di sana...oh....ya ampun, mau jadi apa saya kalau ikut ke sana? Hahaha..

Untung tadi kita gak langsung bilang "yes" waktu ditawarin gitu. Bisa-bisa jadi berabe urusan...mana duit tinggal dikit dan kalau ketahuan orangtua, bisa dipecat jadi anak....Singkat cerita, sepanjang perjalanan pulang kita malah ketawa mengingat kejadian penawaran taekechow tadi...mungkin naked show di lidah orang Thailand berubah jadi taekechow, soalnya waktu saya beli tiket pulang yang jual nanya "Penang? by bus or van (van dibaca "wen") ?.....hhmm....

Sampai di Hadyai kembali, si supir masih ngotot buat nawarin ke taekechow tadi. Malah, dia ngasi diskon jadi 500 baht dan sepuasnya sampai pagi....ckckck...benar-benar menggoda iman! Kami cuma bilang, kami nanti hubungi kalau kami minat...waduh, si supir merangkap jadi germo ternyata. Tak bisa dipungkiri, memang Hadyai terasa lebih hidup di waktu malam saat pub dan berbagai hiburan buka. Juga banyak salon dan tempat panti pijat yang menawarkan pijat dengan harga 200 baht. Bahkan saya melihat di depan guesthouse saya masih banyak "ayam" yang menjajakan diri sampai jam 5 pagi.....dan turis- turis asing baru keluar juga di malam hari. Hmm...jadi penasaran, kira-kira gimana ya, kalau waktu itu saya setuju dan masuk ke naked show tersebut ?  :p......


Monday 7 October 2013

Berbagai Makanan di Trip PEN-HDY

Wisata kuliner kali ini boleh dibilang yang paling sukses selama saya jalan-jalan ke luar negeri. Saya sempat berbagai variasi makanan yang ada, baik di Penang maupun di Hadyai. Nah, ini beberapa makanan yang kemarin saya sempat coba.

1. Tom Yam



Sebenarnya nggak spesial ya...soalnya di Indonesia juga banyak. Nah....mumpung saya kemarin ke tempat asalnya tom yam, gak ada salahnya pengen nyoba tom yam di kampungnya sendiri. Saya sendiri sempat coba dua versi tom yam, tom yam udang dan tom yam daging, yang harganya sekitar 70 baht (Mahal coy....-_-"). Penilaian saya : Mungkin karena saya makan di restoran, rasanya ada "yang kurang" dari tom yam nya. Yang terasa cuma asem doang, dan kurang pedas. Yang saya apresiasi : baik udang dan daging yang dihidangkan ternyata banyak...hehehe...

2. Pulut Mangga



Alias ketan mangga, yaitu ketan yang dimakan bersama dengan potongan mangga dengan vla (terserah deh, namanya mau saus atau kuah juga boleh...) yang kayaknya larutan santan+vanili. Harganya 50 baht, dijual di dekat Lee Gardens Plaza, Hadyai. Saya pikir awalnya, mahal juga sih harga camilan sampai 50 baht. Ternyata, porsinya lumayan banyak juga sampai-sampai makan malam cuma pakai pulut mangga ini doang (dan penghematan pastinya....:) ). Sejauh ini, camilan ini yang buat saya pengen nanti coba lagi kalau ke Thailand.

3. Aneka Jajanan dan Minuman di Klong Hae Floating Market



Karena kebetulan sampai di Hadyai hari Minggu, sorenya pas sekali kalau jalan-jalan ke pasar terapung ini. berbagai variasi makanan dijual mulai dari 15 baht sampai 25 baht, dan mengenyangkan juga walaupun tarafnya "camilan". Yang saya beli waktu itu adalah pepes otak-otak yang seharga 20 baht, sate sosis gambar Angrybird dan Doraemon seharga 10 baht (kreatif nih, yang jualan...) dan minuman yang gelasnya dari tanah liat dan boleh dibawa pulang (yang sampai rumah berubah fungsi jadi celengan, gara-gara ada yang retak....huuff...) seharga 20-25 baht. Total makan dan minum ini itu habis 75 baht, dan sebenarnya banyak lagi yang mau dibeli. Karena kenyang, akhirnya cuma liat-liat...

4. Pasembur



Atau Pasemboq mengikut dialek di Penang. Yang ke Penang (dan Malaysia) mungkin tau makanan ini. Gorengan yang dicampur dengan tauge dan sayur-sayur lalu dilumuri saus kacang. Sekilas sih, mirip siomay. Waktu saya beli, ada dua pilihan : All in one atau pilih sendiri-sendiri gorengannya. Saya jelas pilih yang All in one, seharga RM5 daripada beli gorengan sendiri-sendiri yang berharga RM1-RM2 per gorengan. Dan....lagi-lagi porsinya luar biasa banyaknya, sampai saya bungkus dan makan sewaktu pulang ke Medan....penghematan juga....:)

5. Laksa



Konon, laksa penang terkenal yang paling enak dari laksa lain  se Malaysia. Harganya RM3,50 dan porsinya gak besar tapi mengenyangkan juga. Inilah alasan kenapa saya minta Pasemburnya dibungkus, soalnya udah kenyang makan laksa...:) . Buat saya, rasanya laksanya mirip tom yam, tapi hmm...ya beda gitu...nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata deh...#halah.....

Pasembur dan laksa saya beli di Gurney Drive, tempat makan yang terkenal di Penang. Sedangkan sewaktu di Thailand, saya sebenarnya pengen beli durian yang besarnya menggugah selera yang dijual dalam sterofoam mulai dari 50 baht sampai 100 baht. Pokoknya, banyak makanan yang mau dibeli di Thailand kemarin, sayangnya keterbatasan waktu, ruang perut dan juga uang jadi penghalang.


Nah...demikianlah gambar durian yang pengen saya beli kemarin, tapi nggak jadi. Maunya, jalan-jalan berikutnya beli durian yang kayak gitu. Selamat berwisata kuliner....:)

Tuesday 1 October 2013

Hadyai pukul 08.00


Sebenarnya saya sudah banyak baca di blog mengenai tradisi masyarakat Thailand ini. Tapi, benar-benar baru saya rasakan sewaktu ke Hadyai kemarin bahwa setiap pagi (dan juga petang, katanya) kalau ada Lagu Kebangsaan Thailand yang diputar di tempat umum. Dan....yang terjadi adalah saya cuma melongo dan bingung..! hahaha....

Kejadiannya, sewaktu saya mau cari tau jadwal kereta api dan tarif kereta api ke berbagai tujuan di Thailand dan juga beberapa kota di Malaysia. Dari guesthouse, saya keluar pukul 07.50 dan cuma perlu waktu 5 menit ke stasiun kereta api Hadyai. Melihat keadaan toko-toko yang baru mulai buka, melihat orang-orang berjualan, mendengarkan sesama orang Thailand berbicara dalam bahasa Thai (yang sudah pasti saya tidak paham...-_-' Tapi saya dengar lucu! ), dan lain-lain. Nah....sesaat kemudian, sampai lah saya di Stasiun Hadyai.

Seperti kebanyakan bangunan di Thailand, dari luar stasiun terpampang besar foto Raja Thailand (yang memudar warnanya) menyambut setiap yang datang. Dengan bingung, soalnya mau tanya kemana soal informasi tiket, saya masuk ke stasiun. Di papan penunjuk, hanya ada 2 petunjuk : Loket pembelian hari ini, dan Loket pembelian pemesanan. Loh...Di mana bagian informasinya ? Mau tanya sama satpam (Maaf kalau bukan....) di stasiun, saya malas nanti malah nggak paham dan ribet. Jadi, saya coba cari-cari sendiri dan bolak-balik antara dua loket tadi.

Nah...sewaktu bingung itu, dan juga saat itu saya foto-foto di dalam stasiun, sekitar pukul 07.59 ada pengumuman dari pengeras suara dari petugas stasiun yang berisi pemberitahuan tentang.......saya nggak tau....hahaha...(kan dalam bahasa Thai..:p ). Saya kira sih, pengumuman supaya penumpang jangan terlalu dekat dengan rel atau ada kereta api mau datang, seperti lazimnya stasiun di Indonesia. Eh......tiba-tiba habis pengumuman, terdengar suara lagu, yang saya pikir nada kereta api mau berangkat.....tapi, kok semuanya jadi pada diam dan berdiri ?

Usut-punya usut dan dengan memerhatikan dengan saksama, saya berkesimpulan kalau yang diputar adalah lagu kebangsaan Thailand...dan ajaibnya, abang-abang tukang ojek dan tukang-tukang lainnya yang ada di sekitar stasiun juga ikut berdiri...Lah, saya ? Saya cuma ikutan berdiri tidak bergerak, tapi saya celingak-celinguk melihat orang-orang yang semuanya berdiri dengan sikap sempurna. Tidak sampai 1 menit, lagu kebangsaan Thailand selesai (bandingkan dengan Lagu Indonesia Raya yang sampai 4 menit...itupun baru Stanza 1 dari 3 stanza...! ) dan semuanya kembali ke aktivitas. Ckckck...salut...

Singkat cerita, setelah intip-intip, saya dapat juga jadwal kereta api dan tarifnya. Dan kemudian keluar melanjutkan perjalanan mengelilingi Jalan Niphatuthit buat jalan-jalan....Saya berpikir, kalau dibuat di Indonesia, gimana ya? upacara tiap hari Senin aja gak pernah serius dimaknai, apalagi kalau tiap hari...

Friday 27 September 2013

Next Trip : PEN - HDY

Setelah lama tidak pergi jalan-jalan...akhirnya beberapa waktu lalu muncul juga kabar baik yang ditunggu : AA promo ke Penang ! Tiket pesawat PP adalah Rp261.000 , tiket promo termurah yang pernah saya beli selama perjalanan karir saya naik pesawat LCC. Pikir - pikir.....pengen juga masuk ke Thailand, sekalian "test the water" sebelum perjalanan Desember ke Bangkok dan juga buat tambahan koleksi cap paspor...hehehe.....



Adapun rencananya :

1. Pra-keberangkatan

Semenjak bandara baru pindah ke Kualanamu, praktis jarak tempuh ke bandara jadi jauh... :( Sisi positifnya, bandara ini bergaya modern, dan juga saya pengen liat bagaimana isi dalaman bandara ini. Masalah muncul lainnya, angkutan ke sana susah, soalnya saya berangkat pukul 5.15 WIB (yang saya sebut penerbangan kurang ajar, soalnya gak sempat buat shalat subuh...#hhmmfff siapa suruh tergoda promo? ). Pilihannya : 

a. Naik Taksi , estimasi biaya 100.000...kekurangan, mesti di book semalam sebelumnya, belum lagi kalau ternyata pagi-pagi taksinya gak datang. Kelebihan , gak mesti nunggu penumpang lain.

b. ARS alias Airport Railink Service , kereta baru yang menghubungkan bandara dengan kota Medan, estimasi biaya 80.000. Kekurangan , kereta paling pagi berangkat pukul 4.00 WIB , dan sampai pukul 4.37 WIB...takutnya check in udah tutup...plus, harus bangunin saudara buat ngantar ke stasiun pagi-pagi buta. Kelebihan, keretanya tepat waktu dan bebas macet...#ya iyalah....

c. Naik Damri, estimasi biaya 15.000....kekurangan : bis paling awal pukul 4.00 WIB dengan jarak tempuh 1 jam, tiba di bandara pukul 5 WIB....telat dong....bis paling malam pukul 22.00 WIB , tapi harus nungguin sampai pukul 4.00 WIB. Kelebihan, paling murah...#dasar irit...

Akhirnya, setelah meminta saran dan berdiskusi....keputusannya adalah...jeng..jeng..jeng.....Naik Damri pukul 22.00 !!! karena paling murah, biarin deh tidur di bandara...bandaranya juga bandara baru....pengen coba tidur di bandara baru...hehehe...

2. di Penang-1

Diperkirakan tiba pukul 7.00 waktu setempat, langsung ke Komtar. Semoga aja masih dapat travel yang jam 9.00 atau jam 12.00

3. di Hadyai

check in , terus ke tujuan pertama : Klong Hae Floating Market....liat dari fotonya sih, pasar terapungnya kecil doang...masih jaauuhhh besar kemana-mana pasar terapung yang di Banjarmasin...dan sejauh penelusuran, ke sananya mesti naik tuktuk 600 baht! Busett....semoga aja ntar ada yang mau pergi ke sana, biar biayanya bisa patungan...kalau gagal, ya sudah...belum rezeki...

Malamnya : cari makan khas Thailand aja...

Besoknya : pulang kembali ke Penang pukul 12.00 waktu setempat

4. di Penang-2

perkiraan sampai pukul 17.00 waktu setempat, cukuplah buat jalan-jalan dulu ke Gurney Drive sebelum berangkat ke bandara pukul 20.00 waktu setempat. dan pulang pukul 21.45.

Yap....sebentar banget ya...? Gak apa-apa...walaupun tetap aja namanya liburan...semoga semuanya sesuai rencana..Aamiin..

Wednesday 12 June 2013

Apa yang Dibawa Kalau Bepergian ?

Berikut adalah beberapa benda yang saya anggap penting untuk dibawa bepergian, selain tas dan pakaian dan paspor tentunya menurut saya pastinya. :)
Benda-benda ini mungkin dianggap remeh dan terlupakan, padahal bisa jadi berarti sekali...

1. Deodorant

Hmm...walaupun ceritanya sedang liburan ala backpacker, tetap kebersihan diri mesti dijaga. Bukan apa-apa, gimana coba rasanya papasan sama orang yang baunya aduhai dalam kendaraan yang sempit dan desak-desakan? Nah... maka dari itu, guna menghindari "kutukan" dan "celaan" dari orang lain, mendingan kita yang sadar diri buat jaga wangi tubuh. Terserah deh, mau model deodorant yang gimana, asal praktis dan mampu mengusir bau.

2. Alat Mandi

Sudah pasti, mandi itu harus! Jangan jadi jorok mentang-mentang ceritanya lagi liburan. Buat saya pribadi, cukup bawa shampo yang sachet, karena shampo juga bisa jadi sabun. Tapi, buat yang cewek, mungkin lebih banyak bawaannya, soalnya peralatan mandinya bisa jadi lebih banyak. Satu hal yang disepakati backpacker  : Hindari bawa sabun batangan dan shampo botol. Emangnya lu pikir kita mau mandi di kamar mandi yang mewah, gitu ? Belum lagi benyek kalau kena air...

3. Alat Tulis

Penting buat : Isi dokumen-dokumen imigrasi, mencatat info penting, mencatat jadwal perjalanan, jadi bahan mainan kalau nggak ada kerjaan, digigit sambil melamun (mode galau...), mencongkel sesuatu (daging yang nyelip di gigi, misalnya...#ekstrem ), dll. 
Kegunaan alat tulis sering diabaikan, akibatnya dan contohnya, semestinya bisa mengisi formulir sesuatu yang mestinya cepat, jadi sibuk dan lama karena mesti mencari pulpen kemana-mana. 

4. Charger HP

Gak bisa dipungkiri, anak muda zaman sekarang (Ceile... sok gaya orang tua...) sangat ketergantungan dengan alat-alat elektronik, HP misalnya. Gak megang HP sehari serasa lebih menderita dibanding gak ada duit di dompet. Sayangnya, masih banyak yang kelupaan bawa charger HP nya, padahal dianya mau pergi jauh (emang dikira baterai bisa nge-cas sendiri? atau pake tenaga angin, gitu ? ) dan pada akhirnya, mesti beli charger baru demi menyelematkan nyawa HP nya. Pemborosan dan ironis, saudara-saudara.

5. Adaptor

Adaptor Universal


Masih ada hubungan soal cas-mengecas, terutama buat yang suka ke luar negeri (swasta, maksudnya....:P ). Nggak semua negara pakai colokan listrik yang sama dengan model Indonesia, cuma Belanda dan Jerman yang persis sama tipe colokannya (plug tipe F namanya, atau Schuko ) dengan kita. Yang lain : ada tipe G, L, M, N dan banyak lagi. Dan juga pastikan baca keterangan voltasenya, soalnya belum tentu sama dengan Indonesia (220V, 50 Hz) dan pastikan alat elektronik Anda bisa di-cas dalam rentang voltase tersebut. Asal colok, mending gak masuk arusnya...bisa-bisa meledak lagi...hiii....

6. Sepatu dan Sandal

Ini sebenarnya opsional, kalau kira-kira tempat tujuan kita bakal "berbahaya" dan off road, atau ke tempat yang mesti berpakaian sopan, lebih baik bawa sepatu. Kalau nggak, bawa sandal aja juga gak apa-apa.

7. Kamera

Ini juga opsional, kalau merasa gak perlu foto-foto ya mendingan gak usah bawa. Tapi kalau maniak foto, apalagi langsung aja gaya kalau udah lihat kamera, nah... silakan deh bawa. Pastikan Anda tahu semua fitur di kamera Anda, dan jangan marahin orang yang ambil foto atau yang nggak tau fitur kamera Anda. Ya iyalah...kamera bukan punya gue kok gue yang dimarahi ? Mungkin begitu gumam mereka.

Urutan di atas menunjukkan prioritas barang yang dibawa, buat saya pribadi. Bisa jadi ada yang membawa lebih banyak atau lebih sedikit.Pesan dari saya, pastikan Anda bawa minimal yang no. 1dan 2. Soalnya, dekil dan kumal itu bikin orang punya pandangan sinis ke kita.



Saturday 18 May 2013

Kelaparan di Singapura

Seharusnya, orang yang ke Singapura bisa senang jalan-jalan. Tapi, hal yang ini agak terganggu gara-gara soal makanan. Apalagi yang saya takutkan selain ke-halal-an makanan yang ada di Singapura (secara, Muslim di sana kan minoritas...) dan oleh karena itu, alasan lain saya sarapan di Malaysia sebelum berangkat ke Singapura karena faktor biaya, faktor halal tadi yang jadi pertimbangan.

Begitu menjejak sampai di Singapura pukul 9.30, 2 jam kemudian padahal jam masih menunjukkan pukul 11.00 waktu Singapura dan saya sudah kelaparan, padahal itu masih jam 10.00 WIB, masih jauh dari jam makan siang. Waktu itu, saya sudah jauh dari Bugis Street yang menjual makanan dan minuman murah dan bingung mau cari makanan di mana. Akhirnya, pengen balik ke Bugis Street tapi malah nyasar di sekitar area Orchard Rd dan Bras Basah Rd. Ckckck...



Dalam hati, sembari berpikir di mana cari tempat makan saya berusaha menenangkan diri. Cari masjid terdekat supaya bisa tiduran sejenak adalah triknya. Eh....taunya saya kesulitan mencari masjid di sekitar area tersebut. Ketemu papan tanda masjid di Bencoolen Rd (baca : Jalan Bengkulu) ternyata di Bencoolen Rd nya sedang dalam perbaikan untuk buat MRT baru. Setelah mencari dengan hati-hati dan saksama, akhirnya masjid ketemu di.....dalam sebuah gedung dan tersembunyi....Yaelah, pantesan dari tadi muter-muter gak ketemu -_-".

Sekalian tiduran dan nge-cas HP sejenak (lumayan..hehe...) saya baca-baca buku panduan untuk cari makanan yang halal dan murah di sekitar Orchard Rd. Akhirnya, setelah membaca beberapa saat, saya putuskan untuk cari makanan di Plaza Singapura yang menurut buku ada gerai makanan Indonesia di foodcourtnya. Setelah shalat Dzuhur (yang azannya ternyata gak keluar gedung, tapi cuma di dalam doang...) saya pun membulatkan tekad, dengan semangat segera menuju ke Plaza Singapura untuk cari makan ! Yeahh!

Dengan sisa tenaga yang ada, saya pun berjalan keluar masjid, menyusuri Bras Basah Rd ke Orchard Rd. Eh, gak taunya ada yang nanya sama saya waktu mau nyeberang :

"Excuse me, do you know where is Orchard Rd?" tanya seorang mbak.

"Over there..." jawab saya sambil menunjuk papan jalan Orchard Rd yang di depan kita.

"No, I mean, do you know where is Takashimaya?" bales si mbak.

Dalam hati, " Yaelah....ni orang sebenarnya mau nanya apaan sih? muter-muter gitu, kenapa gak dari tadi nanya langsung aja Takashimaya di mana....ckckck..." dan saya jawab dengan nada datar (padahal biasanya saya ramah, lho...hehe...) dan ekspresi datar juga, "Sorry, I don't know about Takashimaya" 

"Oh, sorry, thank you.." kata si mbak.
  
Ternyata, percakapan tadi tepat berakhir saat lampu pejalan berjalan menyala. Setelah berjalan beberapa saat, baru saya mikir, "Wah...kejam juga tadi ya, masa' jawabnya ketus gitu...tapi biarin deh, lagi lapar juga nanya berbelit-belit gitu..", pembelaan diri saya.

Sampai di Plaza Singapura, langsung menuju ke foodcourtnya di lantai paling atas. Banyak sih, gerai makanan, tapi rata-rata masakan China dengan huruf Mandarin pula. Yah...daripada berspekulasi mendingan gak usah beli deh, batin saya. Akhirnya ketemu gerai masakan Indonesia di sudut foodcourt, dan saya pesan nasi dengan ayam bakar seharga SGD 5,80, padahal di buku yang saya baca, harganya masih SGD 4.....:(
Dikasih piring dengan nasi, eh taunya ayamnya yang datang besar lagi gede banget! 3/4 piring besarnya, dan gak tau juga itu ayam apa...ayam kalkun mungkin. Saya aja makan sampai hampir muntah kekenyangan gara-gara ukuran ayamnya yang jumbo!

Pada akhirnya, selamatlah saya dari kelaparan di Singapura. Singkat cerita, untuk makan malam saya terpaksa harus beli KitKat kecil dan air isotonik 100 Plus (merk ini mudah dijumpai di Malaysia dan Singapura) dengan harga masing-masing SGD 1,10 dan SGD 1,80...ckck....dan makanan itulah yang jadi pengganjal perut sampai saya menyeberang kembali ke Johor, Malaysia dan seterusnya sampai di Terminal Bersepadu Selatan, KL keesokan harinya. Hadeuhh...nasib wisatawan kere....


Saturday 11 May 2013

Rumah Tjong A Fie alias Tjong A Fie Mansion di Medan

Hmmm...ini judul terpanjang yang pernah saya tulis di blog sampai saat ini...maklum, bahkan untuk orang lokal sendiri belum tentu pernah ke sana. 

"Hah, ngapain kau ke sana ? memangnya ada apa di sana?" kata salah satu teman waktu saya cerita saya ke Rumah Tjong A Fie.

"Ahh...males aku ke sana, 35 ribu mahal cuma untuk nengok kayak gitu aja..." pernyataan teman saya lagi waktu saya sebut harga tiket masuk dan motivasi saya ke sana.

Sebenarnya, sejak diketahui bahwa kota Medan kering banget sama wisata budaya, Rumah Tjong A Fie adalah salah satu peninggalan yang mesti dilestarikan. Selain Istana Maimoon dan Masjid Raya yang sudah terkenal. Dan menurut saya, salah satu caranya adalah... dengan mengunjunginya.

Maka, pada suatu hari di Februari 2013 saya pun ke sana, dengan mengaku dari Jakarta (soalnya malu juga, udah sejak lahir di Medan tapi gak pernah ke situ), saya pun membayar 35 ribu tiket masuk. Si mbak penjaga memberi tiket dan dipersilakan masuk. Eh...ternyata si mbak juga yang merangkap jadi tour guide (walaupun bangunan antik, sebagian dari ruangan rumah masih ditempati...takutnya ntar masuk kamar orang lagi kalau nggak ada tour guide...) dan kita mulai perjalanan dari sayap kiri bangunan.
 

Sayap kiri bangunan dulunya kamar tidur, yang kemudian diubah jadi ruang kerja. Di sini masih ada klipingan koran-koran dari tahun 1950-an dari bahasa Belanda (sumpah...gak ngerti bacanya...) dan juga peralatan tulis. Di ruangan sebelahnya, ada piano tua yang konon dari zaman Tjong A Fie masih hidup dan surat wasiat Tjong A Fie untuk menjaga rumah seisinya kepada anak cucunya yang sudah diperbesar. Imajinasi liar saya : Kira-kira itu piano suka usil main sendiri gak ya, malam-malam ???



Pindah ke bangunan utama, kita masuk ke ruangan foto, dipajang banyak foto Tjong A Fie : Tjong A Fie dengan keluarganya, istri Tjong A Fie, Tjong A Fie dengan pejabat Belanda, Tjong A Fie dengan keluarga Sultan Deli, dan lain-lain. Setelah itu, masuk ke ruang makan.

Kata si mbak, semua yang ada di meja makan adalah masih perabotan asli dari dulu. Gak kebayang itu mahalnya, *eh* , antiknya itu perabotan. Meja makannya sama kayak model keluarga Eropa dulu, tapi dengan sentuhan etnis Tionghua. 

Kemudian, masuk ke kamar Tjong A Fie yang sebenarnya, ada koper besi yang beratnya subhanallah banget. Konon, koper itu yang di bawa Tjong A Fie sejak merantau dari China membawa segala barang-barangnya. Bayangkan, koper dengan ukuran kira-kira 1,5mx1mx30cm dari besi solid. Ckckck....gimana dulu bawanya ya?

Di kamar Tjong A Fie juga banyak berkas-berkas seputar perusahaan beliau di tanah Deli. Termasuk catatan peminjaman dari bank. Perjalanan lanjut ke ruang tamu yang dibagi tiga : ruang tamu untuk keluarga, ruang tamu utama di depan untuk tamu pejabat Belanda dan umum, dan ruang tamu khusus untuk menyambut Sultan Deli. Dan...suasana interiornya beda-beda semua!

Ruang tamu keluarga interiornya berunsur Tionghua, dengan guci besar dan lukisan benang bergambar burung Phoenix. Ruang tamu besar, suasanya ala Eropa dengan kursi yang juga mirip kursi ala Eropa. Nah...yang menakjubkan, ruang tamu khsusus Sultan Deli. Konon, Tjong A Fie berteman dekat dengan Sultan Deli, bahkan anak Sultan dianggap anak angkat. Tjong A Fie juga menyumbang uang untuk pembangunan Masjid Raya dan Istana Maimoon, dan juga memberikan hadiah jam untuk gedung Staadhuis yang sekarang jadi Balai Kota. Seluruh ruangan tamu bernuansa Melayu dengan dibalut warna kuning emas, warna khas Melayu Deli.

Naik ke atas, di lantai dua. Ternyata di atas yang ada adalah ruang dansa untuk tamu-tamu Tjong A Fie dulunya. Dipamerkan juga foto-foto kota Medan zaman dahulu (yang pasti lebih indah dari sekarang...*sigghh* ) dan foto saat Tjong A Fie meninggal. Oh ya, ada dua altar di rumah Tjong A Fie, altar yang atas masih dipakai keturunan Tjong A Fie dan yang di bawah, boleh untuk foto-foto (tapi nggak deh...entar di fotonya ada muncul sesuatu lagi...hehe...).

Selesai tur, sekali lagi wawasan saya bertambah terhadap satu tempat wisata baru, yang buat sebagian orang terlupakan. Sayangnya, banyak yang nggak tau tempat ini, dan malah lebih tau Leong Fat Tze mansion di Penang, Malaysia. Padahal mirip sih. Tapi kayaknya Pemkot kurang peduli sama yang beginian.... :(

Tuesday 7 May 2013

Lagi - lagi ketemu orang Indonesia

Sepanjang perjalanan liburan saya di Malaysia dan Singapura yang lalu, tak dipungkiri ternyata orang Indonesia bisa dengan mudah saya jumpai. Bukan sebagai pekerja, justru sebagai wisatawan juga dengan macam-macam alasan. Beberapa tempat dimana saya ketemu orang Indonesia antara lain :

1. Penang



Sewaktu turun dari bandara ke Komtar, ada mbak-mbak yang naik, dengan dandanan khasnya yang saya yakin, dia pekerja Indonesia. Ehh...ternyata bener, gak lama si mbak ngomong Boso Jowo karo koncone...ckck...

Turunlah saya di Komtar, tengah hari dan lapar. jalan ke belakang Komtar, eh...ada warung nasi Indonesia. Jadinya, makan di warung itu deh...

Sewaktu di Pengkalan Weld, saat menunggu RapidPenang Hop On Free yang gratis (hehe....gratis itu boleh kalau memang ada...) saya ketemu ibu-ibu yang nanya ke saya seperti ini, 

"Dek, tau nggak mall, yang tiga gedung mall nya jadi satu?"

Sambil mikir sejenak, saya pun menjawab : "Komtar? Yang bangunannya tiga jadi satu namanya Komtar, Bu..."

"Oh, iya ya? naik apa ya ke sana?" tanya si ibu lagi.

"Ini, naik aja ini (sambil nunjuk ke bus RapidPenang yang Hop On Free)... saya juga mau ke sana, Bu..."

Dan singkat cerita, ternyata si ibu datang dari Bandung ke Penang dengan tujuan mau berobat. Lumrah sih, soalnya kebanyakan orang juga kalau mau pergi ke Penang yang ditanya pasti, "Mau berobat ya?"

2. Bus dari Penang ke KL

Kalau yang ini, dari dengar percakapan antara ibu dan anaknya, udah ketahuan mereka dari Indonesia. Cuma, saya gak ngobrol dengan mereka.

3. KL

Kalau ini sih, jangan ditanya... di Masjid India, yang saya dengar malah alunan lagu dangdut (sigghh) dan bukannya lagu-lagu Melayu. Malah, saya ketemu lagi sama yang namanya bakso, mie ayam dan saudara-saudaranya di sini. Walaupun begitu, saya belum pernah ketemu sama pekerja kasar orang Indonesia di sini.

4. Melaka

Di sini, ketemu denga sekumpulan turis cewek yang heboh banget foto-foto dan gaya-gayaan di bekas reruntuhan benteng dan gereja Portugis kuno yang di atas bukit. Gaya nya mulai dari foto dengan latar belakang kota Melaka, gaya foto lompat, gaya foto jingkrak (untung gak ada gaya guling-guling di tanah) dan lain-lain. tapi, setelah itu gak ketemu lagi tuh, sama turis dari Indonesia. Malah lebih sering ketemunya rombongan tur dari China, Korea atau Jepang.

5. KL ke Johor

Di Terminal Pudu Raya, menjelang tengah malam, saya menunggu bis ke Johor yang akan berangkat pukul 23.59 (yang pada akhirnya, berangkat pukul 00.30). Saya mendengar percakapan khas orang Medan yang nggak asing :

"Loh, mananya jadwal bus kita ini? lama kali kita ni berangkat....kok nggak ada di jadwal? apa memang nggak ada di jadwal atau belum ada?" kata seorang ibu ke seorang bapak.

"Mungkin belum ada bu...kita tunggu aja sebentar lagi..." timpal saya.

Singkat cerita lagi, ternyata si ibu dan suami dan seorang anaknya ternyata sedang menuju Singapura buat jalan-jalan. Saat ditanya kenapa saya turun di Johor kalau mau ke Singapura, saya jawab terus terang,

"Soalnya, kalau sarapan di Singapura mahal...jadi mending sarapan di Malaysia dulu...."

6. Imigrasi Singapura

Ini sudah pernah saya ceritakan soal pertemuan dengan mbak-mbak dari Medan yang bertemu lagi di ruang Imigrasi Singapura. Hmm.....

7. Singapura

Di sini, saya ketemu orang Indonesia di Bugis Street dan di Merlion. Di Bugis, saya sempat tanya juga,

"Mas, tau nggak di mana Tekka Mall?"

"Wah, saya nggak tau juga...saya juga baru sebentar di sini" kata si Mas

Sementara di Merlion, saya cuma dengar-dengar aja...dengan berbagai logat yang sudah pasti itu dari Indonesia. Ada yang pake logat Medan, Jakarta, Jawa yang medhok juga ada...

Tapi... ciri khas yang mudah dikenali selain bahasa, ternyata wajah orang asli Malaysia lebih mirip orang di Sumatera dibanding mbak-mbak atau mas-mas di Jawa. Dan potongan TKW kita di sana, memang mudah dikenali dari gaya berpakaiannya. Jadi, jangan khawatir kalau Anda tersesat di sana. Ingat, Indonesia adalah pengunjung terbanyak kedua negara. Jangan heran, Anda bisa menemukan orang Indonesia dengan mudah. :)

Wednesday 1 May 2013

Bandung, Beberapa Tahun Kemudian...

Catatan : tulisan ini hanya pandangan pribadi penulis, tidak ada motivasi menyudutkan pihak-pihak manapun.



Setelah sempat mengenal baik dengan Bandung dalam kurun waktu kuliah dulu, beberapa waktu yang lalu saya kembali mengunjungi Bandung atas alasan sebagai tour guide teman yang belum pernah ke Bandung. Setelah beberap tahun saya tinggal, ternyata banyak banget perubahan di Bandung. Beberapa diantaranya :

1. Sampah

Yups, sepertinya makin banyak sampah di jalanan Bandung dibanding beberapa tahun lalu. Bukannya menganggap kota lain bersih, tapi sampah di Bandung sudah masuk tahap "keterlaluan." Kemanapun saya melangkah, pasti ada sampah di sudut-sudut bangunan atau pinggir jalan. "Lah, ini mana citra Kota Kembangnya?" gumam saya dalam hati waktu jalan-jalan di Bandung beberapa waktu lalu. Bahkan, saat saya ada di pusat kota Bandung dan naik ke Kawah Putih dan Situ Patengan, masih aja ada sampah di situs tersebut, walaupun nggak ada sampah di kawasan perkebunan teh. Pengennya sih, Bandung bebas sampah baik yang terlihat maupun yang tak terlihat...(kayak jin aja...).

2. Kesejukan

Pertama kali saya ke Bandung dulu, saya nggak pernah sekalipun lepas jaket karena gak biasa sama udara di Bandung yang tergolong dingin buat saya. Maklum, tinggal dekat pantai di pesisir pantai utara Jawa dulu terasa  jauh banget beda suhunya. Dalam kunjungan kenegaraan ke Bandung kemarin, saya malah cuma pakai kaos T-Shirt aja dan nggak kerasa dinginnya Bandung, bahkan saat hujan sekalipun. Benarkah Bandung makin panas? Apa karena kebanyakan rumah dan kendaraan ya....

3. Pedagang Kaki Lima

Salah satu yang saya suka dari Bandung adalah karena cuma di kota ini, sejauh pengamatan saya yang punya jalur trotoar untuk pedestrian yang lebar dibanding kota lain. Ditambah lagi masih banyak pohon peneduh, jadi jalan kaki terasa nyaman. Nah... sewaktu kunjungan saya kemarin, makin banyak aja yang jualan di trotoar. Bukannya gak senang sama mereka yang cari rezeki, tapi kayaknya sudah "over" pedagang di trotoar dan pinggir jalan. Akibatnya, kita yang mau jalan kaki mesti serasa "minta izin" sama pedagang yang jualan di trotoar atau bahu jalan. Ini termasuk yang mengurangi kenyamanan jalan-jalan di Bandung juga menurut saya.

Ada lagi sih, misalnya masalah kemacetan yang makin menjadi-jadi apalagi di Jalan Otista di depan Pasar Baru yang bikin...weehhh...terus juga makin banyak angkot berseliweran di seantero Bandung yang kayaknya bakal mengalahkan Bogor sebagai kota sejuta angkot. Sisi positif yang saya suka, masih ada Pasar Kaget setiap minggu di depan Gasibu...soalnya saya selalu suka beli susu murni yang murah di sana, cuma Rp2.500 sebungkus...hehehe...

Semoga Bandung punya sistem tata kelola kota yang baik, jangan sampai tunggu semerawut dulu baru ditertibkan. Meningkatnya turis ternyata tak secepat meningkatnya kemudahan dan fasilitas publik di Bandung. :)

Saturday 27 April 2013

Tersangkut di Imigrasi - Bagian 2

Segera setelah lift menyentuh titik akhir keberangkatan kami, saya dan petugas yang tadi datang menjemput masuk ke sebuah ruangan Imigrasi, yang bagian depannya adalah ruang tunggu, ada meja seperti resepsionis dan sebuah pintu yang menuju ke kantor-kantor petugas Imigrasi. Saya pun dipersilakan masuk dan menunggu, mirip antrian di bank. Dan ternyata... di ruangan tunggu itu ketemu lagi sama mbak yang barengan isi kartu imigrasi di bawah.



"Lho, ini kan mbak yang tadi?" celetuk saya.

"Eh, iya mas. Mas kena juga?" balasnya, maksudnya sih kena sandungan juga.

"Iya, nggak tau kenapa... apa saya disangka teroris kali ya, atau disangka TKI ilegal" jawab saya

"Iya mas, tadi saya ditanya-tanya...sayangnya bahasa Inggris petugasnya nggak bagus juga, jadinya agak susah tuh ngomongnya" balas si Mbak yang ternyata juga dari Medan.

Sambil bercerita-cerita soal kesialan ini, kemudian tak berapa lama datang lagi beberapa orang yang juga tersangkut. Salah seorang sempat ditanya apa tujuannya datang ke Singapura karena dianggap tidak punya tiket balik yang jelas. Bapak tersebut menjawab bahwa dia sebenarnya mengunjungi saudaranya di Johor dari Batam dan baru rencana beli tiket dari Singapura nantinya untuk balik ke Batam. Entah ini benar atau tidak, yang jelas jawaban yang saya dengar dari petugasnya :

"Tak boleh...Tak boleh masuk!" dengan nada tegas dan datar.

Jdddeerrr....waduh, saya jadi takut nih kalau nanti ditanya hal yang serupa... bukan apa-apa sih, malunya itu yang gak tahan. Diliatin orang di seluruh ruang tunggu yang juga harap-harap cemas. Tak berapa lama keluar seorang pegawai wanita memanggil nama saya. Eh, ternyata cuma manggil doang, terus mengangguk dan masuk lagi ke dalam. Jadinya saya cerita-cerita lagi sama si Mbak tadi. 

"Memangnya mbak gak punya bukti tiket balik, atau penginapan gitu?" saya tanya lagi.

"Sebenarnya kami pulang malam ini juga sih dari sini... dan tiket baliknya dipegang teman yang udah lolos dari Imigrasi di bawah" jawab si Mbak.

"Mestinya masing-masing pegang ya Mbak, biar ada buktinya..." saran saya sok tau, padahal sama-sama tersangkut gara-gara tak menunjukkan tiket balik.

Tak lama kemudian, seorang pegawai laki-laki muda memanggil saya lagi. Dan kali ini saya disuruh masuk ke ruangan. Sudah diduga, ini bukan mau wawancara pekerjaan, tapi wawancara ala imigran! Setelah duduk, si petugas bertanya :

"English, OK?"

"OK" saya jawab.

"So, what will you do in Singapore?"

"I just want to go travelling. It is just one day and i must leave Singapore tonight" jawab saya yakin.

"How long you will be in Singapore?"

"Only one day" jawab saya sambil mikir "Yaelah....emang ni seluruh petugas imigrasi gak baca ya, tulisan di kartu. Udah jelas-jelas tadi ditulis 01 Day." lalu saya teruskan dengan mengeluarkan tiket bis yang sudah saya pesan untuk berangkat malamnya ke depannya, " See.... I've bought a bus ticket from Larkin Terminal, Johor to Kuala Lumpur at 11 pm tonight." Udah kesel banget saya, serasa gak dipercaya gimana gitu.

Si petugas mengambil tiket yang saya tunjukkan dan sambil angguk-angguk. Terus dia bilang :

"Can I check your bag?

"Please" jawab saya sembari dalam hati bilang "Periksa aja noh, semua...yang ada juga baju kotor." Si petugas pun mengecek isi tas dan kemudian bilang OK, dan terus nanya isi dompet. Saya tunjukkan dompet dan si petugas mengecek isi dompet, mengeluarkan KTP, SIM dan kartu-kartu lain. Pada saat itu, seorang pegawai ras Melayu masuk, nampaknya lebih senior. Si petugas muda pun mengembalikan kartu dan dompet saya dan lalu sembari keluar mengatakan kepada petugas yang lebih tua kalau saya ini cuma turis sehari. Pegawai yang lebih tua lantas duduk dan menyatakan, "OK" lalu keluar bersama saya.

Paspor saya tadi lantas dikembalikan dan saya serahkan sama petugas yang di ruang tunggu. Saya disuruh tunggu dan saya lihat paspor saya di stempel. Jedduugg...Jedduugg...suara stempel petugas terdengar indah di telinga saya. Horee......berarti saya sudah resmi masuk Singapura! Saat saya tanya boleh saya ambil paspor saya, si petugas bilang :

"Tak boleh, tak boleh ambil... wait for her" sambil menunjuk seorang petugas wanita yang siap-siap mau ambil paspor saya juga. Lantas si petugas wanita mengambil paspor saya dan mempersilakan saya keluar. Sementara, si Mbak tadi masih juga di ruang tunggu, menunggu temannya yang masih diwawancara dan dia sendiri juga belum jelas nasibnya. Kemudian, saya lihat juga serombongan turis Thailand masuk ke ruang imigrasi yang sama. Pikiran jahat saya :

"Wah...ternyata orang Thailand nyangkut juga di sini... kira-kira mereka bisa bahasa Inggris gak ya?" sambil berlalu keluar menuju lift.

Antiklimaks, saya turun lagi ke bawah, dan petugas imigrasi melepas saya. Tanpa keterangan kenapa saya ditahan, tanpa mengucapkan "We are sorry" atau "We apologize" apalagi tanpa isak tangis yang mengharukan karena telah melepas saya. #Halah....

Akhirnya, selamat juga saya dari jeratan imigrasi di Singapura dan secara resmi liburan saya di Singapura dimulai...Fiuuhhh...

Sunday 21 April 2013

Tersangkut di Imigrasi - Bagian 1

Kejadiannya terjadi sewaktu saya liburan kemarin di Imigrasi Singapura. Ceritanya, dalam rangka menyukseskan program liburan yang ambisius (5 hari menjelajah Penang-Johor lanjut ke Singapura, coy....) maka saya putuskan untuk masuk Singapura melalui jalan darat dari Johor. Singkat cerita, naiklah saya bis SBS 170 yang tujuannya berakhir di Queen Street dari Terminal Bis Larkin, Johor Bahru. Semuanya berjalan lancar, dan saya pun melintas Selat Johor yang memisahkan Semenanjung Malaya dengan Pulau Singapura, hingga akhirnya tiba di Imigrasi Singapura di Woodlands.

Kantor Imigrasi Woodlands


Turun dari bis, saya langsung masuk ke dalam gedung Imigrasi. Dengan saksama saya perhatikan sekeliling dan akhirnya ikut mengantre bersama dengan yang lain. Di sini, rasa kecurigaan saya timbul melihat tiap orang menyelipkan selembar kertas putih di paspor mereka. 

"Apa mesti ambil ya ?" ujar saya dalam hati.

"Ah, kayaknya nggak deh, toh kalau benar entar juga disuruh balik ambil. Tapi di mana ngambilnya ?" lanjut saya.

"Udah deh, bismillah aja" lagi-lagi hati saya berusaha menenangkan.

Dan kemudian tibalah giliran saya. Seperti yang diduga, petugas imigrasi bertanya soal kartu putih yang dimaksud.

"Where is the immigration card ?" tanyanya

"What card? " tanya saya yang memang nggak tau.

"The white card. You have to fill it and bring it along with your passport" lanjutnya

"Where I can find it ?" tanya saya dengan nada orang bego. Betul-betul nggak tau prosedurnya sih...

"Over there " kata si petugas sambil menunjuk meja di sudut belakang ruang imigrasi, sebelah kanan pintu masuk. 

Ya ampun, pantesan nggak tau saya, soalnya di sekitar meja nyaris nggak ada orang. Mungkin yang sering masuk ke Singapura melalui Woodlands ini, terutama orang Malaysia punya stok kartu imigrasi kali, kesimpulan ngasal saya. Berjalanlah saya ke meja tersebut dan mencari-cari si kartu putih tadi. Eh, ketemu lagi sama orang Indonesia yang juga mau masuk Singapura. 

"Dari Indonesia, mbak?" basa-basi saya. Padahal udah jelas dari gaya bicaranya si mbak dari Indonesia.

"Eh, iya mas" jawab si mbak. Nggak tau deh apakah risih karena disapa orang asing atau beneran kaget.

Setelah bertanya-tanya dengan si mbak tadi, seputar cara mengisi kartu imigrasi tadi saya pun terpaksa antre ulang dari belakang. Biar deh, ntar saya dimasukin penjara lagi kalau memotong antrean. Kembali ke giliran saya, dengan petugas yang sama, si petugas mengecek paspor, kartu imigrasi dan mulai menunjukkan ekspresi yang "kurang baik" di mata saya.

"Mampus dah... kenapa ini?" ujar saya dalam hati melihat ekspresi si petugas.

"Do you want to live in Singapore? "tanya si petugas, yang di pikiran saya berubah jadi "Do you want to leave Singapore? " Sehingga keluarlah jawaban saya yang berbunyi :

"No, I just want to enter Singapore " 

Belakangan saya ngakak dan geli sendiri kalau ingat-ingat ini. Kok bisa salah tafsir. Kayaknya listening skill saya mesti di upgrade nih. Kemudian si petugas pun menjawab :

"No, I mean.... How long you will be here?"

"Only one day, i just want to go travelling in Singapore only for one day" jawab saya.

Lalu si petugas kembali mengecek komputer, dan meng-klik entah apa. Saya sendiri sudah was-was dan berdebar menunggu kelanjutan nasib saya. Dan kemudian si petugas berkata :

"OK, please you sit here" katanya sambil menunjuk kursi di sebelahnya.

Mampus dah. Ini beneran nyangkut di Imigrasi. Diulang : Ini beneran nyangkut di Imigrasi !! Waduh, bisa dideportasi nih saya.

"Tapi kenapa ya, apa saya ngasih jawaban yang salah tadi?"

"Atau saya kelihatan kayak teroris? "

"Atau saya disangka TKI ilegal yang mau kerja nggak pakai izin di Singapura ini? "

"Atau memang mereka sentimen sama orang Indonesia?"

"Atau karena saya baru pertama kali masuk Singapura?"

"Atau memang karena saya masuk dari jalan darat, dan baru pertama kali dan orang Indonesia?"

Dan atau-atau lainnya yang terus berseliweran di kepala saya, mencari jawaban atas "tragedi" yang baru menimpa saya. Sambil berusaha tenang, saya duduk dengan manis, menunggu apapun yang bakal terjadi sama saya. Mudah-mudahan segera selesai, pikir saya.

Tak berapa lama, datang lagi petugas dari sudut ruangan entah mana, dan si petugas yang mengecek paspor saya tadi bilang : 

"Follow him" 

Wah...ini beneran bakal nyangkut di Imigrasi Singapura. Saya pun ikut aja apa katanya daripada malah tambah masalah. Saya ikut ke sudut ruangan, yang di sudut itu ada lift menuju ke lantai atas. Di dalam lift saya berusaha santai dan setenang mungkin, mencoba memaklumi dan mencerna segala apa yang terjadi. Hingga kemudian lift berhenti dan saya masuk ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan tunggu, dengan orang-orang yang juga nyangkut seperti saya, siap untuk diinterogasi....

Hiiii.....

Sunday 24 March 2013

Perburuan Tiket

Setelah sebelumnya saya berburu tiket untuk ke Malaysia , pada pertengahan Maret 2013 lalu, saya kembali harus "berjibaku" untuk ikut terlibat dalam pencarian tiket. Mulanya adalah SMS dari teman yang datang tengah malam, saat menjelang tidur. Bunyinya kira-kira, "Ada promo tiket nih ke Jakarta tanggal 13 April, kau mau ikut nggak?" yang saya jawab dengan, "Besok aku cek di komputer, udah malam ini...Penerbangan apa dan berapa tiketnya?" Lantas, teman saya balas lagi dengan balasan, "Tiger Airways, tiketnya cuma 500.000 PP." Dalam hati.....Wow, kesempatan bagus ini.....kapan lagi ada kesempatan beginian? Secara, tiket Medan - Jakarta pada waktu normal aja 500.000 sekali jalan. OK, kemudian saya pun tidur.



Esok paginya, saya cek ke situsnya dan benar, Tiger Airways sedang promo "Hanya membayar tiket pergi." Jadilah 500.000 itu hanya untuk bayar Medan-Jakarta, sedangkan penerbangan Jakarta-Medan gratis alias 0 rupiah. Nah....kendala muncul saat setelah saya kalkulasi, jadwalnya terlalu dekat dengan waktu kepulangan dari Malaysia-Singapura nanti. Kalau ini sih, nggak masalah saya pikir. Maka, kendala keduanya yang paling penting....masalah perduitan. Yups, saya baru pulang dari liburan dan pasti pundi-pundi simpanan terkuras. Maka saya pun nego sama teman saya itu, supaya bisa dicicil bayarnya, jadi pakai uang dia duluan. Balasnya "Nggak apa-apa, nanti aku usahakan, yang penting nanti kau jadi tour guide buat aku ma adik aku di Jakarta-Bandung-Yogyakarta......tapi, bisa kan ke Yogya?" Saya cuma jawab singkat, kerasa kayak ketus juga sih, " Yang penting tiketnya dulu, kalau urusan jadwalnya itu nanti diatur." Hehe...kurang ajar benar saya ini, udah minta bayar tiket nyicil, jawab SMS nya gitu.

Hari berganti, hingga tiba menjelang batas akhir promo. Saya udah berkali-kali tanya soal konfirmasi tiket ini.  Hingga datang SMS di hari terkahir promo dari teman saya yang isinya, " Kalau seandainya aku nggak dapat duit buat bayarin kau duluan, kau nggak jadi ikut?" dan saya jawab dengan singkat "Yups" dan tambahan "Nggak apa-apa, kalian (teman dan adiknya-red) aja yang pergi." Kemudian malah telepon saya "Iss....mana bisa gitu...aku kan ngajak kau supaya bisa jadi tour guide, ni aku usahakan, nanti sore InsyaAllah dapat dan langsung booking" saya jawab "Oke....aku tunggu nanti sore..." Lagi-lagi, saya jadi orang jahat deh, pakai mode mengancam kayak gitu. 

Singkat cerita, antiklimaks, dan pada akhirnya dia beneran datang dan saya pun langsung booking via online  tiketnya untuk 3 orang, saya, teman dan adiknya. Bayar melalui ATM suatu bank, dan bereslah urusan pertiketan ini. Eh...ternyata saya masih dikasi tugas tambahan : Nanti tolong buat jadwalnya ya, kalau bisa ke Yogya sih, lebih bagus. Saya sih cuma bilang "Wani piro ? kayaknya aku ini benar-benar dimanfaatkan deh." Yah, dia cuma nyengir aja....Hadeuuh...-_-"

Monday 4 March 2013

Berbagai Pengalaman di Pesawat

Naik pesawat bukanlah hal yang mewah buat kita sekarang ini. Selain banyak maskapai penerbangan, banyak pula promo dan destinasi yang ditawarkan oleh pihak maskapai dalam menarik perhatian penumpang. Berikut adalah beberapa pengalaman saya seputar "kepesawatan" :



1. Naik Pesawat Pertama Kali

Tahun 2008 adalah tahun pertama kali buat saya naik pesawat. Dan pesawat yang terhormat mendapatkan penumpang seperti saya ini adalah....jrengg...jrengg.....AirAsia ! Yups, tepat sekali, AirAsia. Dulu masih ada penerbangan Medan-Jakarta. Namun entah sejak kapan ditutup (kalah saingan mungkin sama si....... you know lah...). Pengalaman pertama kali, eh....taunya saya kedinginan di pesawat (ndeso....), soalnya saya gak tau bakal sedingin itu, jadi gak bawa jaket. Yang paling mengharukan adalah, dulu AirAsia belum menerapkan seat number (walaupun sekarang ada, mesti beli terpisah) dan yang terjadi adalah : ratusan penumpang menyerbu masuk ke kabin begitu pintu dibuka dan...gubrak, gubruk, byur, woii, aduh......segala suara bersahutan antara yang kejepit, nyari kursi, marahin penumpang lain, ketabrak bawaan penumpang (rahasia umum, selama barang bisa dipegang, dibawa masuk aja ke kabin......tipikal orang Indonesia -_-" ). Pramugari gak berkutik, gak bisa meredakan situasi. 





2. Ketinggalan Pesawat

Ini, baru satu kali saya alami....dan untungnya, bukan duit saya, hehe.....Di tahun 2011 saya diajak tante ke Makassar. Karena jadwalnya juga pas liburan, maka saya setuju. Pesawat berangkat dijadwalkan jam 5 pagi WIB dan semuanya disuruh bersiap mulai dari jam 3 pagi. Pada hari-H , ternyata hingga pukul 04.15, taksi langganan sang tante belum juga nongol. Akhirnya, terpaksa panggil taksi lain dan datang jam 04.25. Sudah bisa ditebak......ternyata sampai di Soetta jam 05.05, dan pesawatnya udah berangkat. Singkat cerita dan pada akhirnya, jalan-jalan ke Makassar tetap jadi dengan beli tiket jam 9 pagi. Hmmmm......

3. Penundaan Keberangkatan

Yang paling sering disebut delayed. Rasanya, semua orang paling benci, sebal dan dongkol kalau penerbangannya ditunda. Bukannya sok orang sibuk, tapi perjuangan prakeberangkatannya aja udah repot. Pihak penerbangan sudah minta kita datang 2 jam sebelum berangkat, bayangkan kalau berangkatnya pagi buta! Belum lagi beres-beres koper, perjalanan ke bandara, check in, menghalau porter-porter, dan lainnya. Rasanya, seperti perjuangan kita nggak dihargai....#ckck. Sebenarnya ada Undang-Undang yang menyatakan pihak maskapai harus membayar denda bila ada keterlambatan. Namun, pihak maskapai kayaknya lebih pintar tuh, mengakalinya. Beberapa jenis "pengakalan" nya antara lain : 1. Informasi via SMS , 2. Informasi di saat menunggu di lobby, 3. Pesawat nggak terbang-terbang, padahal penumpang udah semua di dalam. Ketiganya sudah saya alami. Mau marah, marah ke siapa? Mau kesal, semua sudah terjadi......Jadi, siapkan diri Anda untuk hal ini, karena sepertinya masih sering terjadi di Indonesia.

4. Penjualan Barang di Pesawat

Untungnya, pesawat itu terbang.....kalau nggak, mungkin pedagang asongan bakal penuh. Kita tau sih, yang jual di atas biasanya pramugari/a dari pihak maskapai. Dan sudah jadi rahasia umum juga, Harganya berkali lipat mahal sama yang di darat. Saya pernah beli topi seharga Rp50.000 yang kalau di darat, bisa jadi cuma Rp15.000. Saya juga udah pernah beli makanan di pesawat. Lumayan buat ganjal perut, tapi harganya....kayaknya (dan semestinya) mahal.

5. Penerbangan Malam

Sewaktu saya balik dari Makassar, ternyata saya dapet penerbangan malam. Gak malam-malam amat sih, jam 20 Wita berangkat yang di delayed jadi jam 22 Wita. Gak juga bikin red eye, karena cuma sebentar sih. Menariknya di mana? Terus terang sih......nggak ada. Penerbangan siang aja udah bikin bosen, karena pemandangannya cuma langit dan awan doang. Entah kenapa, jarang saya ketemu pemandangan daratan. Mungkin karena di daerah khatulistiwa, banyak awan ngumpul (teori ngasal.......) dan itu cukup buat jenuh. Apalagi malam....weh, semua gelap, lap...hitam semuanya.....

6. Peragaan Keselamatan

Setiap pesawat mau take off , pasti ada pramugari yang memeragakan ini. Dulu, itu jadi tontonan menarik...hehe....Tapi, seiring berjalan waktu dan semakin sering naik pesawat (bukan sombong nih.....) rasanya jadi sedikit kurang menarik. Malahan, dulu sampai hapal urutan gerak si pramugari dalam memperagakan keselamatan. Kayaknya, sekarang udah kurang peduli sama begituan, cuma peduli segera sampai atau cuma peduli sama tidur di pesawat.


Sebenarnya banyak lagi sih, pengalamn seputar "perpesawatan". Masing-masing orang punya cerita yang beda. Bagaimana cerita Anda?......:)

Sunday 24 February 2013

Kereta

Ini bukan bermaksud menyinggung salah satu pihak, hanya ungkapan yang saya rasakan saat berbicara dan bertemu dengan banyak orang, dari seluruh wilayah Nusantara.

"Emang loe gak naik kereta ke Senen? "

"Eh, kau bawak kereta siapa ke sini?"

"Tak payah la.... saya selalu bawa kereta ke pejabat"

Tiga dialog di atas menunjukkan persamaan pada satu kata : "kereta". Permasalahan akan timbul jika si penanya dan yang ditanya kurang wawasan atau memang tidak pernah bergaul dengan banyak orang (bukannya sombong nih.....). Dalam dialog 1 , adalah kalimat yang digunakan sebagian besar penduduk Jakarta. Kereta di sana merujuk kepada kereta api (train), yang entah mengapa disingkat menjadi kereta saja ( entah karena sekarang sudah tidak ada "api" nya lagi, atau memang supaya cepat diucapkan....). 

Dialog 2 menunjukkan percakapan dilakukan antar orang yang ada di Medan. Kereta di percakapan di atas merujuk kepada sepeda motor (Jkt) atau motosikal (Mal). Pertanyaan yang buat bingung adalah, kenapa orang Medan punya variasi sendiri terhadap rujukan benda yang bernama "kereta" ini ? Entahlah, saya juga tidak tahu......

Dialog 3 adalah perkataan umum di Malaysia ( Semenanjung), di mana kereta di sana bermaksud mobil (Jkt) atau motor (Mdn). Jadi, jika tiga orang tadi saling berkumpul, dan tidak pernah terpapar atau tahu soal aturan "perkeretaan" di setiap wilayah berbeda, pembicaraan bisa saling tidak nyambung dan saling bingung. Saya sendiri waktu kuliah, sering tanya dulu kepada teman saya yang asal Medan juga kalau dia bilang datang naik kereta, " Ini kereta versi mana? versi Medan atau Jakarta? "

Contoh di atas adalah contoh kecil perbedaan bahasa. Kadang, saya suka tertawa sendiri melihat banyak orang Jakarta "mempermainkan" bahkan mengolok bahasa Melayu (di Malaysia) yang mereka anggap lucu. Buat saya, itu adalah contoh betapa kerdilnya dan kurang wawasannya sang pengolok tersebut, karena dia tidak tahu kalau bahasa Melayu juga dipakai di Sumatera. Dan saya, sebagai orang yang pernah "terpapar" tiga jenis pembicaraan di atas merasa, biasa saja. Tak ada kesulitan berarti saat rekan saya dari Jakarta datang dan ngobrol sementara saya juga meladeni teman dari Malaysia berbicara, di saat bersamaan. Otak saya tidak pernah bingung dan salah memberikan perintah ucapan seandainya saya bertemu orang Jakarta atau orang Malaysia di saat bersamaan.

Masalah ini timbul, akibat kebanyakan media kita yang terlalu Jakarta-sentris. seolah-olah menganggap bahasa selain logat Jakarta adalah aneh. Padahal, di Indonesia Raya ini, dengan ratusan suku dan sub-suku, perbedaan bahasa bukan suatu hal yang lucu. Saya suka sedih ada yang mengolok-olok bahasa Melayu di Malaysia dengan tidak benar, sambil bertanya sendiri , " Pernahkah mereka semua ini jalan-jalan ke daerah lain? tidak tahukah mereka bahasa yang mereka olok juga digunakan di Sumatera? ". Makanya, saya suka sinis terhadap pihak-pihak, entah dimanapun itu yang mengolok bahasa satu sama lain. Ingin rasanya, saya tunjukkan Kamus Dewan (Mal) atau Kamus Besar Bahasa Indonesia langsung ke muka nya untuk menunjukkan kata yang dimaksud ada dan wujud, bukan bahan tertawaan.

Di akhir kata, ada satu peristiwa yang saya ingat semasa saya kuliah dulu. Sepupu saya yang masih SD dulu sering pulang kampung ke rumah neneknya di Asahan (ibunya orang Melayu Asahan-red) untuk liburan selama libur sekolah. Karena sepupunya semua berbicara dengan logat Melayu Asahan, maka secara otomatis dia jadi terikut gaya bicara Melayu. Ketika pulang ke Jakarta, dan saat bermain bersama temannya, ternyata default bahasanya masih sama. Lantas, apa kata teman-temannya? "Ih......kamu kok ngomongnya kayak Upin Ipin?" ..............