among us

Saturday 27 April 2013

Tersangkut di Imigrasi - Bagian 2

Segera setelah lift menyentuh titik akhir keberangkatan kami, saya dan petugas yang tadi datang menjemput masuk ke sebuah ruangan Imigrasi, yang bagian depannya adalah ruang tunggu, ada meja seperti resepsionis dan sebuah pintu yang menuju ke kantor-kantor petugas Imigrasi. Saya pun dipersilakan masuk dan menunggu, mirip antrian di bank. Dan ternyata... di ruangan tunggu itu ketemu lagi sama mbak yang barengan isi kartu imigrasi di bawah.



"Lho, ini kan mbak yang tadi?" celetuk saya.

"Eh, iya mas. Mas kena juga?" balasnya, maksudnya sih kena sandungan juga.

"Iya, nggak tau kenapa... apa saya disangka teroris kali ya, atau disangka TKI ilegal" jawab saya

"Iya mas, tadi saya ditanya-tanya...sayangnya bahasa Inggris petugasnya nggak bagus juga, jadinya agak susah tuh ngomongnya" balas si Mbak yang ternyata juga dari Medan.

Sambil bercerita-cerita soal kesialan ini, kemudian tak berapa lama datang lagi beberapa orang yang juga tersangkut. Salah seorang sempat ditanya apa tujuannya datang ke Singapura karena dianggap tidak punya tiket balik yang jelas. Bapak tersebut menjawab bahwa dia sebenarnya mengunjungi saudaranya di Johor dari Batam dan baru rencana beli tiket dari Singapura nantinya untuk balik ke Batam. Entah ini benar atau tidak, yang jelas jawaban yang saya dengar dari petugasnya :

"Tak boleh...Tak boleh masuk!" dengan nada tegas dan datar.

Jdddeerrr....waduh, saya jadi takut nih kalau nanti ditanya hal yang serupa... bukan apa-apa sih, malunya itu yang gak tahan. Diliatin orang di seluruh ruang tunggu yang juga harap-harap cemas. Tak berapa lama keluar seorang pegawai wanita memanggil nama saya. Eh, ternyata cuma manggil doang, terus mengangguk dan masuk lagi ke dalam. Jadinya saya cerita-cerita lagi sama si Mbak tadi. 

"Memangnya mbak gak punya bukti tiket balik, atau penginapan gitu?" saya tanya lagi.

"Sebenarnya kami pulang malam ini juga sih dari sini... dan tiket baliknya dipegang teman yang udah lolos dari Imigrasi di bawah" jawab si Mbak.

"Mestinya masing-masing pegang ya Mbak, biar ada buktinya..." saran saya sok tau, padahal sama-sama tersangkut gara-gara tak menunjukkan tiket balik.

Tak lama kemudian, seorang pegawai laki-laki muda memanggil saya lagi. Dan kali ini saya disuruh masuk ke ruangan. Sudah diduga, ini bukan mau wawancara pekerjaan, tapi wawancara ala imigran! Setelah duduk, si petugas bertanya :

"English, OK?"

"OK" saya jawab.

"So, what will you do in Singapore?"

"I just want to go travelling. It is just one day and i must leave Singapore tonight" jawab saya yakin.

"How long you will be in Singapore?"

"Only one day" jawab saya sambil mikir "Yaelah....emang ni seluruh petugas imigrasi gak baca ya, tulisan di kartu. Udah jelas-jelas tadi ditulis 01 Day." lalu saya teruskan dengan mengeluarkan tiket bis yang sudah saya pesan untuk berangkat malamnya ke depannya, " See.... I've bought a bus ticket from Larkin Terminal, Johor to Kuala Lumpur at 11 pm tonight." Udah kesel banget saya, serasa gak dipercaya gimana gitu.

Si petugas mengambil tiket yang saya tunjukkan dan sambil angguk-angguk. Terus dia bilang :

"Can I check your bag?

"Please" jawab saya sembari dalam hati bilang "Periksa aja noh, semua...yang ada juga baju kotor." Si petugas pun mengecek isi tas dan kemudian bilang OK, dan terus nanya isi dompet. Saya tunjukkan dompet dan si petugas mengecek isi dompet, mengeluarkan KTP, SIM dan kartu-kartu lain. Pada saat itu, seorang pegawai ras Melayu masuk, nampaknya lebih senior. Si petugas muda pun mengembalikan kartu dan dompet saya dan lalu sembari keluar mengatakan kepada petugas yang lebih tua kalau saya ini cuma turis sehari. Pegawai yang lebih tua lantas duduk dan menyatakan, "OK" lalu keluar bersama saya.

Paspor saya tadi lantas dikembalikan dan saya serahkan sama petugas yang di ruang tunggu. Saya disuruh tunggu dan saya lihat paspor saya di stempel. Jedduugg...Jedduugg...suara stempel petugas terdengar indah di telinga saya. Horee......berarti saya sudah resmi masuk Singapura! Saat saya tanya boleh saya ambil paspor saya, si petugas bilang :

"Tak boleh, tak boleh ambil... wait for her" sambil menunjuk seorang petugas wanita yang siap-siap mau ambil paspor saya juga. Lantas si petugas wanita mengambil paspor saya dan mempersilakan saya keluar. Sementara, si Mbak tadi masih juga di ruang tunggu, menunggu temannya yang masih diwawancara dan dia sendiri juga belum jelas nasibnya. Kemudian, saya lihat juga serombongan turis Thailand masuk ke ruang imigrasi yang sama. Pikiran jahat saya :

"Wah...ternyata orang Thailand nyangkut juga di sini... kira-kira mereka bisa bahasa Inggris gak ya?" sambil berlalu keluar menuju lift.

Antiklimaks, saya turun lagi ke bawah, dan petugas imigrasi melepas saya. Tanpa keterangan kenapa saya ditahan, tanpa mengucapkan "We are sorry" atau "We apologize" apalagi tanpa isak tangis yang mengharukan karena telah melepas saya. #Halah....

Akhirnya, selamat juga saya dari jeratan imigrasi di Singapura dan secara resmi liburan saya di Singapura dimulai...Fiuuhhh...

Sunday 21 April 2013

Tersangkut di Imigrasi - Bagian 1

Kejadiannya terjadi sewaktu saya liburan kemarin di Imigrasi Singapura. Ceritanya, dalam rangka menyukseskan program liburan yang ambisius (5 hari menjelajah Penang-Johor lanjut ke Singapura, coy....) maka saya putuskan untuk masuk Singapura melalui jalan darat dari Johor. Singkat cerita, naiklah saya bis SBS 170 yang tujuannya berakhir di Queen Street dari Terminal Bis Larkin, Johor Bahru. Semuanya berjalan lancar, dan saya pun melintas Selat Johor yang memisahkan Semenanjung Malaya dengan Pulau Singapura, hingga akhirnya tiba di Imigrasi Singapura di Woodlands.

Kantor Imigrasi Woodlands


Turun dari bis, saya langsung masuk ke dalam gedung Imigrasi. Dengan saksama saya perhatikan sekeliling dan akhirnya ikut mengantre bersama dengan yang lain. Di sini, rasa kecurigaan saya timbul melihat tiap orang menyelipkan selembar kertas putih di paspor mereka. 

"Apa mesti ambil ya ?" ujar saya dalam hati.

"Ah, kayaknya nggak deh, toh kalau benar entar juga disuruh balik ambil. Tapi di mana ngambilnya ?" lanjut saya.

"Udah deh, bismillah aja" lagi-lagi hati saya berusaha menenangkan.

Dan kemudian tibalah giliran saya. Seperti yang diduga, petugas imigrasi bertanya soal kartu putih yang dimaksud.

"Where is the immigration card ?" tanyanya

"What card? " tanya saya yang memang nggak tau.

"The white card. You have to fill it and bring it along with your passport" lanjutnya

"Where I can find it ?" tanya saya dengan nada orang bego. Betul-betul nggak tau prosedurnya sih...

"Over there " kata si petugas sambil menunjuk meja di sudut belakang ruang imigrasi, sebelah kanan pintu masuk. 

Ya ampun, pantesan nggak tau saya, soalnya di sekitar meja nyaris nggak ada orang. Mungkin yang sering masuk ke Singapura melalui Woodlands ini, terutama orang Malaysia punya stok kartu imigrasi kali, kesimpulan ngasal saya. Berjalanlah saya ke meja tersebut dan mencari-cari si kartu putih tadi. Eh, ketemu lagi sama orang Indonesia yang juga mau masuk Singapura. 

"Dari Indonesia, mbak?" basa-basi saya. Padahal udah jelas dari gaya bicaranya si mbak dari Indonesia.

"Eh, iya mas" jawab si mbak. Nggak tau deh apakah risih karena disapa orang asing atau beneran kaget.

Setelah bertanya-tanya dengan si mbak tadi, seputar cara mengisi kartu imigrasi tadi saya pun terpaksa antre ulang dari belakang. Biar deh, ntar saya dimasukin penjara lagi kalau memotong antrean. Kembali ke giliran saya, dengan petugas yang sama, si petugas mengecek paspor, kartu imigrasi dan mulai menunjukkan ekspresi yang "kurang baik" di mata saya.

"Mampus dah... kenapa ini?" ujar saya dalam hati melihat ekspresi si petugas.

"Do you want to live in Singapore? "tanya si petugas, yang di pikiran saya berubah jadi "Do you want to leave Singapore? " Sehingga keluarlah jawaban saya yang berbunyi :

"No, I just want to enter Singapore " 

Belakangan saya ngakak dan geli sendiri kalau ingat-ingat ini. Kok bisa salah tafsir. Kayaknya listening skill saya mesti di upgrade nih. Kemudian si petugas pun menjawab :

"No, I mean.... How long you will be here?"

"Only one day, i just want to go travelling in Singapore only for one day" jawab saya.

Lalu si petugas kembali mengecek komputer, dan meng-klik entah apa. Saya sendiri sudah was-was dan berdebar menunggu kelanjutan nasib saya. Dan kemudian si petugas berkata :

"OK, please you sit here" katanya sambil menunjuk kursi di sebelahnya.

Mampus dah. Ini beneran nyangkut di Imigrasi. Diulang : Ini beneran nyangkut di Imigrasi !! Waduh, bisa dideportasi nih saya.

"Tapi kenapa ya, apa saya ngasih jawaban yang salah tadi?"

"Atau saya kelihatan kayak teroris? "

"Atau saya disangka TKI ilegal yang mau kerja nggak pakai izin di Singapura ini? "

"Atau memang mereka sentimen sama orang Indonesia?"

"Atau karena saya baru pertama kali masuk Singapura?"

"Atau memang karena saya masuk dari jalan darat, dan baru pertama kali dan orang Indonesia?"

Dan atau-atau lainnya yang terus berseliweran di kepala saya, mencari jawaban atas "tragedi" yang baru menimpa saya. Sambil berusaha tenang, saya duduk dengan manis, menunggu apapun yang bakal terjadi sama saya. Mudah-mudahan segera selesai, pikir saya.

Tak berapa lama, datang lagi petugas dari sudut ruangan entah mana, dan si petugas yang mengecek paspor saya tadi bilang : 

"Follow him" 

Wah...ini beneran bakal nyangkut di Imigrasi Singapura. Saya pun ikut aja apa katanya daripada malah tambah masalah. Saya ikut ke sudut ruangan, yang di sudut itu ada lift menuju ke lantai atas. Di dalam lift saya berusaha santai dan setenang mungkin, mencoba memaklumi dan mencerna segala apa yang terjadi. Hingga kemudian lift berhenti dan saya masuk ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan tunggu, dengan orang-orang yang juga nyangkut seperti saya, siap untuk diinterogasi....

Hiiii.....