among us

Sunday 10 May 2015

Gili Trawangan dan Pantai

Siapa yang tak kenal dengan Gili Trawangan, satu dari tiga Gili yang ada di barat Lombok yang super indah pantainya. Walaupun tempatnya sudah dieksploitasi habis-habisan untuk tempat wisata turis asing, lautnya yang indah dan berwarna biru tak mudah dilupakan.

Pantai di Gili Trawangan


Pertama kali, niat ke pulau ini adalah naik public boat buat menghemat. Tapi, ternyata Pelabuhan Bangsal yang jadi tempat berangkat kapal ternyata lumayan jauh dari area Senggigi. Setelah naik motor 30 menit, kita mulai bosan untuk mencari pelabuhan ini. Jalan ke arah Pelabuhan ini sama halnya seperti naik gunung, naik turun dengan belokan yang tajam. Karena, memang jalan dibuat di pinggir tebing yang langsung berhadapan ke Selat Lombok. Setidaknya, aspal di sepanjang jalan mulus dan pemandangannya yang bagus membuat perjalanan tidak bosan. Kekurangannya, tidak ada lampu jalan sepanjang jalan ini, makanya sebaiknya pulang sebelum hari gelap.

Tiba di salah satu pelabuhan yang-tidak-diketahui-namanya, ada banyak kapal yang ternyata disewakan untuk ke Gili. Pertama kali, pemilik kapal minta Rp700.000 untuk perjalanan pulang pergi ke Gili, dengan waktu bebas. Setelah tawar menawar, akhirnya disepakati harga sewa kapal Rp550.000. Kapal yang dipakia juga kapal nelayan yang dimodifikasi jadi kapal penumpang yang bisa muat sampai 20 orang. Tips lain, semakin banyak orang yang ikut semakin murah biaya per orang.

Perjalanan ke pulau memakan waktu setengah jam, dengan ombak sedang. Sampai di pulau, kita langsung cari tempat makan karena sudah siang. Tak dipungkiri, tempat ini ramai turis asing, harga yang dipakai pun lebih mahal dibanding Pulau Lombok. ATM hanya tersedia untuk beberapa bank saja. Makan di warung di pinggir pantai sambil melihat laut yang bergradasi biru muda sampai biru langit, memang luar biasa !

Banyak orang yang ambil paket alat snorkling, saya sendiri sedang tidak ingin snorkling karena luka akibat jatuh ke Pantai Pink masih belum sembuh. Saya hanya di pinggir pantai sambil berjalan di pinggir pantai dan membiarkan ombak menderu di kaki saya (cieee....). Untuk berkeliling pulau, boleh menggunakan cidomo, sepeda atau pakai kaki sendiri kalau kuat.

Sore hari, pulang kembali ke Lombok, baru saya lihat kalau wilayah TN. Gunung Rinjani kelihatan jelas dari laut. Dengan pemandangan Pulau Bali dan Gili di Barat, Gunung di timur dan dibuai ombak laut, sungguh perasaan yang indah, menikmati lukisan Tuhan di alam Lombok.

Tuesday 5 May 2015

Delapan Jam Terkatung - katung di Selat Lombok

Dalam perjalanan liburan yang kemarin, salah satu rute yang diambil adalah Lombok-Bali dengan naik ferry. Alasan utamanya adalah menghemat duit, tapi yang terjadi justru kita malah rugi secara waktu dan tenaga. Semuanya berjalan mulus saat kita meninggalkan hotel di kawasan Senggigi dan menuju Pelabuhan Lembar, Lombok.

Buritan Ferry Lembar - Padang Bai


Sampai di pelabuhan, hal yang buruk sudah terjadi, para calo langsung mengerubungi kita yang mau ke kapal. Pada akhirnya, kita ditawari tiket bus sampai ke Terminal Ubung, termasuk tiket ferry semuanya Rp175.000. Mahal ? Mungkin... sebab waktu itu saya sendiri pusing mendengar celotehan mereka dan tidak berpikir dengan tenang.

Setelah bayar , naik ke kapal, pertama kali kita duduk  di dek utama selama 1 jam. Bosan karena pemandangan yang tertutup, kita naik ke geladak atas setelah hujan reda. Ombak yang mula-mula tenang saat di Pelabuhan Lembar ternyata berubah jadi ganas di tengah Selat Lombok. Ferry oleng ke kiri dan kanan dengan kuat, kalau orang yang tipe suka mabuk kendaraan, dipastikan sudah muntah. Bersiaplah dengan obat anti muntah.

Di kapal juga tidak banyak aktivitas yang dilakukan, keliling geladak atas bawah depan belakang, foto-foto, main , tidur, makan dan akhirnya cerita dengan turis asal Jerman , ibu dan anak soal banyak hal. Menurut info, kapal ferry seharusnya memakan waktu 4-5 jam sampai di Pelabuhan Padang Bai, tapi kenyataannya sampai 8 jam! Kita berangkat pukul 13.00 WITA, dan para penumpang mulai riuh saat sudah pukul 19.00 WITA, kapal belum juga sandar di pelabuhan. Ada turis yang putus asa bertanya-tanya terus-terusan sama kru kapal karena dia mau naik pesawat jam 21.00. Dengar-dengar, ternyata dermaga di Pelabuhan Padang Bai cuma ada dua, dan sialnya satu dermaga sedang dalam perbaikan...bandingkan dengan dermaga di Pelabuhan Lembar yang ada 5 dermaga.

Akhirnya, kapal berlabuh juga pada pukul 21.00 WITA, dan semua penumpang masuk ke bis. Celakanya, tiket calo tadi kasih nomor tempat duduk asal, sehingga akhirnya terjadi sedikit selisih paham. Untungnya, kita cuma sampai Terminal Ubung sehingga tidak terlalu menggangu penumpang lain yang ke Surabaya. Menurut Bapak yang duduk di sebelah saya, lain kali ambil bis yang dari Mataram lebih baik daripada naik di Pelabuhan Lembar. Go Show untuk naik bis kemudian di Pelabuhan Padang Bai juga tidak direkomendasikan apalagi kalau malam. Tidak diketahui bagaimana nasib si bule yang mengejar pesawat jam 21.00, sampai di Terminal Ubung kita ambil taksi Rp150.000 ke daerah Kuta. Sampai di Kuta, check in hotel, masuk kamar dan tidurrr....Mimpi buruk itu usai sudah.