among us

Wednesday 20 February 2013

Berwisata di Medan Metropolitan

Masjid Raya Al-Mashun


Penegasan di kata "metropolitan", karena kata ini selalu didengungkan dan disebut-sebut selalu oleh pejabat Kotamadya Medan tercinta merujuk kepada cita-cita ke depannya. Entahlah, metropolitan yang bagaimana yang dimaksud. Namun setidaknya saya berharap tidak mencontoh metropolitannya Jakarta, soalnya bisa-bisa macet, cet, dimana-mana (yang sekarang aja udah macet.....) dan persoalan lain.

Oke, balik ke tema. Selalunya, teman-teman sering tanya ke saya, "Apa aja tempat wisata di Medan, selain Istana Maimoon dan Masjid Raya?". Dan selalunya juga saya jawab, " Entah, aku pun nggak tau apalagi yang ada di Medan, kayaknya kekurangan tempat wisata itu kota." Walaupun kota Medan multietnis (yang terdiri dari orang Jawa, Batak, Melayu, Banjar, Tionghoa, Tamil bahkan etnis Tionghoa lebih banyak daripada etnis tuan rumah, etnis Melayu) namun tempat wisata yang berbau seni dan budaya nyaris tak ada. Sayangnya, pemerintah juga lebih sibuk membangun mall-mall dan menyulap tanah kosong jadi ruko-ruko dibanding memugar dan merenovasi bangunan tua. 

Banyak juga yang salah sangka soal Danau Toba dan Berastagi. Akibat informasi yang kurang tepat, atau mungkin memang tidak searching dulu, banyak yang menganggap itu ada di Medan. Mirip majas sinekdoke parsprototo (hmm....serasa balik ke zaman sekolah....), semua yang belum pernah ke Medan dan Sumatera Utara menganggap sama : Medan adalah Sumatera Utara dan Sumatera Utara adalah Medan (Ini mirip slogan Three Musketeers : One for All, All for one ). Akibatnya, sewaktu mereka menempuh perjalanan ke Danau Toba via Medan......hhmmm.....berasa deh itu panasnya bokong dan pegalnya punggung.

Balik ke kota Medan Metropolitan (kata "metropolitan"-nya jangan sampe ilang.....), tidak banyak tempat yang bisa saya tawarkan. Sebenarnya, ada wilayah "pecinan" dan "kota Tua" yang ada di Kesawan, sayangnya kurang terasa nuansanya karena sudah dijadikan area bisnis. sebagian Lapangan Merdeka bakal disulap jadi tempat parkir CAT (City Airport Terminal, proyek kereta api yang menghubungkan ke Bandara Kualanamu)  dan sebagian lagi sudah jadi tempat makan-makan alias Merdeka Walk. Nah, kalau soal makan-makan, ada beberapa tempat yang boleh dikunjungi.

Orang hanya tau oleh-oleh khas Medan adalah Bika Ambon dan Bolu Meranti. Padahal.....sebenarnya hanya Bika Ambon yang asli kue di sini, Bolu Meranti sih, baru ada beberapa tahun terakhir. Hal lainnya, banyak yang pesan durian Medan. Well, bagi saya yang bukan ahli dunia perdurianan, rasanya sama aja sama durian lain. Tapi kata teman saya, yang mungkin ahli cita rasa durian, durian Medan enak....banget...(???). Entahlah, mungkin subyektif, tapi begitu kebanyakan yang bilang. Banyak juga tempat nongkrong di seantero Medan, mulai dari pinggir jalan sampai restoran, mulai dari jualan TST (Teh Susu Telur), bandrek sampai minuman beralkohol. Kalau soal tempat nongkrong ini ada dua tempat yang lumayan terkenal : Warkop (Warung Kopi) sekitar sekolah Harapan dan Warkop sekitar Halat-Stadion Teladan. Dan yang terakhir....entah kenapa banyak banget warung ayam penyet di sini...mungkin warga Medan anggap unik kali makanan begitu.

Sebagai penutup, saya akan tampilkan salah satu makanan yang saya cari dulu kalau pulang ke Medan, yaitu sate kerang Tanjung Balai, bukan terbuat dari kerang hijau, tapi dari kerang bulu (sebagian bilang kerang darah). Entah mengapa disebut begitu, mungkin pertama kali ditemukan orang Tanjung Balai. Selamat berlibur di Medan !

Sate Kerang Tanjung Balai



2 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. iya mbak Leiny...sorry kehapus komentarnya, gak sengaja....
    kalau soal makanan, kita mungkin oke...kalau soal tempat wisata......kita lebih asyik bangun mall...

    ReplyDelete