among us

Monday 18 February 2013

Dimana Enaknya Jalan-Jalan ?

Bagi sebagian orang, kegiatan jalan-jalan adalah salah satu kegiatan menghilangkan stress. Bagi yang lain, ada yang menganggap kelakuan ini hanya buang-buang uang. Serius lho, temas se-kost-an saya dulu menganggap jalan-jalan sebagai kegiatan yang "tak berguna" dan "buang-buang uang". Jadi, sepanjang masa kuliah, nggak banyak tempat yang dia kunjungi selain ke kampus dan ke Mangga Dua buat beli laptop dan servisnya.

Sebaliknya, ada teman saya yang lain justru kuat banget jalan-jalan kelayapan ke mana-mana, sampai pernah tercetus ide gila pergi ke Yogyakarta jam 8 pagi, dan dia mengajak saya jam 5 pagi! Alasannya, "Aku udah beli tiket dua, kita pergi sama-sama ke Yogya, kalo nggak kau harus ganti tiketnya!". Ebuset, nih orang bukannya ngajak dari jauh hari malah dadakan. Jadilah pagi itu serba dadakan, pakai acara sakit perut segala sehingga di tengah jalan ke terminal mesti berhenti cari toilet dan nyaris terlambat. Ternyata bus nya belum berangkat karena nungguin saya. Hehehe...maaf....

Buat saya, liburan bukan termasuk kegiatan buang-buang uang. Dengan menjelajah daerah baru, setidaknya kita bisa mengetahui adat setempat dan jadi lebih toleran terhadap perbedaan, tidak mudah skeptis dan lebih fleksibel terhadap berbagai orang. Liburan, terutama ala backpacker melatih banyak hal : komunikasi, sosial, ketepatan waktu dan pengendalian emosi. Jadi buat saya, banyak hal yang menarik yang  bisa didapat dari jalan-jalan.

Ada yang menganggap  adalah klimaks dari acara jalan-jalan, soalnya bisa lihat pemandangan. Ada yang bilang pra keberangkatan adalah masa yang paling asyik, karena masa itu kita lagi semangat buat searching tempat wisata, penginapan, dan lain-lain. Ada juga yang bilang, pas di tempat tujuannya justru jadi puncak kesenangan jalan-jalan. Sebenarnya sih, menurut saya relatif banget.

Kalau seandainya kita pergi ke tempat yang rutin dijalani, misalnya pulang kampung dalam jangka waktu dekat, hampir gak ada menariknya. Udah tau pemandangannya gimana, kota-kota yang dilewati apa aja, bahkan sampe hapal tipe bus yang kesana dan jalan-jalan di tempat tujuan. Namun, jadi beda kalau misalnya kita pulang kampung dengan rute yang beda. Nah, ini jadi menarik sepanjang perjalanan, tapi antiklimaks kalau udah nyampe.

Pergi ke tempat yang baru, benar-benar belum pernah dikunjungi, euforianya bisa dimulai dari awal sampai akhir, dan antiklimaksnya saat ajalan pulang. Sedih, karena harus balik ke dunia nyata yang kejam *mode sinetron*.Sedih karena harus menjalani rutinitas lagi....sedih karena ada "gap", badan di dunia sekarang sedangkan pikiran masih mode liburan.

Jadi, dimana enaknya jalan-jalan? Well, itu semua juga tergantung tempat tujuan, cara mencapai dan emosi kita saat itu. Percuma aja kita jalan ke tempat yang benar-benar baru tapi dalam keadaan gondok dan kesal. Begitupun ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap tempat tujuan, bisa menurunkan semangat berlibur. Nikmati aja semua prosesnya, dan begitu selesai liburan.........segera buat rencana baru untuk menggairahkan hidup lagi, hehehe....

Catatan : saran di atas bukan untuk orang yang menganggap liburan itu buang-buang waktu dan tak berguna :)

2 comments:

  1. di mana enaknya jalan2?

    emm, sejujurnya tiada yang enak..badan sakit-sakit,kulit bertukar warna, berat menurun, makan tak menentu dan sebagainya hehehe..tetapi pengalaman yang dibawa pulang lebih bererti dari semua ini..itu yang jauh lebih berharga..yang dicari untuk setiap 'kaki jalan'...setuju dgn saya? ;)

    ReplyDelete