among us

Saturday 2 February 2013

Yogyakarta Mahal?

Tugu  Jogja Kembali

Saat membaca berita tersebut di sini  dan juga di portal ini dan situs ini. terus terang saya kaget. Benarkah Yogya jadi semahal itu? Sebenarnya kalau menurut pendapat saya, ada beberapa hal yang perlu diluruskan terkait berita tersebut, diantaranya :

1. Soal Tiket Masuk Borobudur

    Sebenarnya, yang perlu ditanyakan adalah, benarkah tiket masuk tersebut USD20 ? Jika benar, apakah berlaku untuk semua wisatawan atau wisatawan tertentu? Terakhir kali saya masuk Borobudur, harga tiket untuk wisatawan dalam negeri adalah Rp22.500 (belum tau, apakah naik lagi.....). Dan jujur, sejak dulu memang tiket masuk ke Borobudur untuk wisatawan asing memang USD20.....begitupun, tetap aja banyak yang datang.....

2. Soal Biaya Hidup

    Jujur, kalau bandingannya dengan Jakarta, jelas biaya hidup di Yogyakarta tergolong murraaahhhh amat, bahkan kalau merujuk berita di atas yang masih di dalam kisaran 1 jutaan. Sayangnya, data di atas kurang jelas, peruntukan pengeluaran tiap mahasiswa yang belajar di Yogya untuk apa aja. Selalunya, porsi biaya tempat tinggal dan konsumsi selalu jadi yang terbesar, dan kalau kita lihat di Yogyakarta dengan asumsi kost Rp300.000-an dan makan Rp450.000-an (makan Rp15.000/hari, udah lebih dari cukup malah di Yogya....)
baru menghasilkan angka Rp750.000. Jadi, kemana sisa uangnya dipakai???


Pada pandangan saya, untuk area tertentu, seperti di Malioboro, jujur aja nih.....memang keterlaluan mahalnya. Waktu itu saya pesan burung dara goreng dan teman saya hanya pesan gudeg, total habis hampir Rp50.000!!! Padahal, burung daranya keciilll banget menurut saya, malah lebih cocok disebut anak ayam digoreng. Sedangkan porsi untuk gudeg, tak sebesar yang diduga. Alhasil, kami cari makan lagi ke Alun-alun Utara dan makan sego kucing (nasi kucing, nasi dengan porsi kecil.....bukan nasi buat makan kucing....) plus sate telor plus wedang jahe, totalnya Rp5.000!!


Nah, buat wisatawan yang pertama kali datang juga, terutama yang ingin beli suvenir mesti pakai jurus tawar-menawar ala raja tega. Saya ditawari topi Dagadu dengan harga Rp50.000 (wuidihh....kayak harga topi yang dibeli di dalam pesawat.....) dan saya tawar Rp10.000! Akhirnya, si mas penjual sepakat di harga.....treeengg..treeenggg....Rp15.000 saja.....!! Jadi, mesti gila-gilaan dan ugal-ugalan kalau mau nawar di kawasan Malioboro.

Dan yang terakhir....kemana-mana saya lebih sering jalan kaki atau naik TransJogja buat kemana-mana (kecuali di hari terakhir pas mau pulang, ngejar kereta api di Stasiun Tugu....karena kelamaan datengnya bus TransJogja, si mbak penjual tiket justru kasi saran buat naik bus biasa aja.....sungguh aneh dan absurd .... ckck...). Itu jauh lebih hemat daripada sewa travel. Kalau punya kendaraan pribadi, motor misalnya bisa juga lebih hemat.

Jadi, apakah Yogyakarta mahal? buat saya pribadi, mahal sih untuk kondisi dan tempat tertentu.....tapi secara umum, nggak mahal-mahal juga, malah murah. Soalnya, baru kali itu saya sadar berharganya uang receh Rp100, Rp200 di sana, yang selama ini sering disepelekan. Mahal atau murah, tergantung model traveling dan pengetahuan soal mencari tempat makan dan akomodasi yang murah. Yogya tetaplah Yogya, yang unik dan beda dengan tempat lain di Indonesia dengan segala ciri khasnya.

2 comments:

  1. Mungkin karena Yogya sudah terkenal kali yah. Jadinya, harga disama ratakan dengan harga yang dengan sengaja ditujukan untuk mengincar dompet wisatawan asing. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmm...iya kali mas...tapi, disayangkan juga kalau begitu...ntar pada kabur wisatawan, kan repot juga...

      Delete