among us

Sunday 21 April 2013

Tersangkut di Imigrasi - Bagian 1

Kejadiannya terjadi sewaktu saya liburan kemarin di Imigrasi Singapura. Ceritanya, dalam rangka menyukseskan program liburan yang ambisius (5 hari menjelajah Penang-Johor lanjut ke Singapura, coy....) maka saya putuskan untuk masuk Singapura melalui jalan darat dari Johor. Singkat cerita, naiklah saya bis SBS 170 yang tujuannya berakhir di Queen Street dari Terminal Bis Larkin, Johor Bahru. Semuanya berjalan lancar, dan saya pun melintas Selat Johor yang memisahkan Semenanjung Malaya dengan Pulau Singapura, hingga akhirnya tiba di Imigrasi Singapura di Woodlands.

Kantor Imigrasi Woodlands


Turun dari bis, saya langsung masuk ke dalam gedung Imigrasi. Dengan saksama saya perhatikan sekeliling dan akhirnya ikut mengantre bersama dengan yang lain. Di sini, rasa kecurigaan saya timbul melihat tiap orang menyelipkan selembar kertas putih di paspor mereka. 

"Apa mesti ambil ya ?" ujar saya dalam hati.

"Ah, kayaknya nggak deh, toh kalau benar entar juga disuruh balik ambil. Tapi di mana ngambilnya ?" lanjut saya.

"Udah deh, bismillah aja" lagi-lagi hati saya berusaha menenangkan.

Dan kemudian tibalah giliran saya. Seperti yang diduga, petugas imigrasi bertanya soal kartu putih yang dimaksud.

"Where is the immigration card ?" tanyanya

"What card? " tanya saya yang memang nggak tau.

"The white card. You have to fill it and bring it along with your passport" lanjutnya

"Where I can find it ?" tanya saya dengan nada orang bego. Betul-betul nggak tau prosedurnya sih...

"Over there " kata si petugas sambil menunjuk meja di sudut belakang ruang imigrasi, sebelah kanan pintu masuk. 

Ya ampun, pantesan nggak tau saya, soalnya di sekitar meja nyaris nggak ada orang. Mungkin yang sering masuk ke Singapura melalui Woodlands ini, terutama orang Malaysia punya stok kartu imigrasi kali, kesimpulan ngasal saya. Berjalanlah saya ke meja tersebut dan mencari-cari si kartu putih tadi. Eh, ketemu lagi sama orang Indonesia yang juga mau masuk Singapura. 

"Dari Indonesia, mbak?" basa-basi saya. Padahal udah jelas dari gaya bicaranya si mbak dari Indonesia.

"Eh, iya mas" jawab si mbak. Nggak tau deh apakah risih karena disapa orang asing atau beneran kaget.

Setelah bertanya-tanya dengan si mbak tadi, seputar cara mengisi kartu imigrasi tadi saya pun terpaksa antre ulang dari belakang. Biar deh, ntar saya dimasukin penjara lagi kalau memotong antrean. Kembali ke giliran saya, dengan petugas yang sama, si petugas mengecek paspor, kartu imigrasi dan mulai menunjukkan ekspresi yang "kurang baik" di mata saya.

"Mampus dah... kenapa ini?" ujar saya dalam hati melihat ekspresi si petugas.

"Do you want to live in Singapore? "tanya si petugas, yang di pikiran saya berubah jadi "Do you want to leave Singapore? " Sehingga keluarlah jawaban saya yang berbunyi :

"No, I just want to enter Singapore " 

Belakangan saya ngakak dan geli sendiri kalau ingat-ingat ini. Kok bisa salah tafsir. Kayaknya listening skill saya mesti di upgrade nih. Kemudian si petugas pun menjawab :

"No, I mean.... How long you will be here?"

"Only one day, i just want to go travelling in Singapore only for one day" jawab saya.

Lalu si petugas kembali mengecek komputer, dan meng-klik entah apa. Saya sendiri sudah was-was dan berdebar menunggu kelanjutan nasib saya. Dan kemudian si petugas berkata :

"OK, please you sit here" katanya sambil menunjuk kursi di sebelahnya.

Mampus dah. Ini beneran nyangkut di Imigrasi. Diulang : Ini beneran nyangkut di Imigrasi !! Waduh, bisa dideportasi nih saya.

"Tapi kenapa ya, apa saya ngasih jawaban yang salah tadi?"

"Atau saya kelihatan kayak teroris? "

"Atau saya disangka TKI ilegal yang mau kerja nggak pakai izin di Singapura ini? "

"Atau memang mereka sentimen sama orang Indonesia?"

"Atau karena saya baru pertama kali masuk Singapura?"

"Atau memang karena saya masuk dari jalan darat, dan baru pertama kali dan orang Indonesia?"

Dan atau-atau lainnya yang terus berseliweran di kepala saya, mencari jawaban atas "tragedi" yang baru menimpa saya. Sambil berusaha tenang, saya duduk dengan manis, menunggu apapun yang bakal terjadi sama saya. Mudah-mudahan segera selesai, pikir saya.

Tak berapa lama, datang lagi petugas dari sudut ruangan entah mana, dan si petugas yang mengecek paspor saya tadi bilang : 

"Follow him" 

Wah...ini beneran bakal nyangkut di Imigrasi Singapura. Saya pun ikut aja apa katanya daripada malah tambah masalah. Saya ikut ke sudut ruangan, yang di sudut itu ada lift menuju ke lantai atas. Di dalam lift saya berusaha santai dan setenang mungkin, mencoba memaklumi dan mencerna segala apa yang terjadi. Hingga kemudian lift berhenti dan saya masuk ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan tunggu, dengan orang-orang yang juga nyangkut seperti saya, siap untuk diinterogasi....

Hiiii.....

3 comments:

  1. saya juga pengalaman di imigration Palembang..ada saya ceritakan di blog saya hehehe...

    ReplyDelete
  2. iya...tapi atas nama bangsa Indonesia, saya mohon maaf atas kejadian itu karena minta suap...:( Kalau yang di Singapura ini, saya tak tau apa sebabnya...

    ReplyDelete
  3. ha ha seru kisahnya.....lanjut baca yang ke-2 ah

    ReplyDelete