among us

Thursday 18 June 2015

Bromo Tengger Semeru (1)

Dengan menaiki bus malam seharga Rp175.000, berangkatlah saya menuju tujuan saya berikutnya di Jawa Timur. Yap, Gunung Bromo di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru merupakan daya tarik yang sungguh menawan. Berkali-kali saya hanya mampu melihat dan mendengar tentang kawasan ini, pada kali ini saya akan menuju ke sana dan menyaksikan langsung momen paling ditunggu umat manusia yang berkunjung ke sana : Melihat Matahari Terbit.

TN BTS di Siang Hari dari Cemoro Lawang


Pukul 08.00, saya sampai di kota Probolinggo. Itupun, saya tidak diturunkan di terminal Probolinggo tapi hanya di persimpangan menuju terminal. Jaraknya sekitar 500 meter, berjalan kaki dalam 10 menit. Tapi kalau malas, silakan naik angkot yang menuju ke terminal. Di perjalanan ke terminal, saya singgah ke Indomaret untuk beli air dan mie instan (yang pastinya untuk menghemat... :D ). Tak jauh dari terminal, akan kelihatan bus minivan L300 yang parkir di sisi selatan dari gerbang terminal, di pinggir jalan. Itulah Bison, kendaraan umum satu-satunya menuju ke Cemoro Lawang, titik terdekat menuju Bromo.

Lama menunggu, setelah 5 jam (benar, 5 JAM ! ) akhirnya kami berangkat karena memang sistemnya menunggu penumpang penuh. Kebanyakan pelancong yang akan ke Bromo tiba siang di Probolinggo, jadi gak perlu buru-buru datang pagi karena takut gak dapat bison. Melewati tipikal jalan pegunungan yang berliku, 2 jam kemudian tibalah kita di Cemoro Lawang, persis di sisi kawasan BTS. Pemandangan ladang bawang, kentang dan sayuran diselingi hutan pinus merupakan hal yang indah yang dijumpai.

Sesampainya di Cemoro Lawang, dengan tiket bison Rp35.000 kami menyewa jeep untuk ke Bromo besok dengan harga Rp150.000 belum termasuk biaya masuk kawasan TN BTS. Belakangan, kami baru tahu kalau tiket masuk sebenarnya tidak ada diberikan tiket dan untungnya, teman satu jeep ternyata bayar mahal sampai ke Bukit Teletubbies. Jadi, saya dengan harga segitu (mestinya full paket dibayar Rp325.000) bisa ke semua tempat, hahaha....

Setelah menentukan pilihan penginapan di Yogi Guesthouse, saya langsung tidur buat istirahat. Menjelang maghrib, saya baru terbangun dan saat itu kabut sudah mulai turun. Suhu pun sudah mulai dingin sekitar 15-20 derajat Celcius. Makin malam, makin dingin dan saya yang tidak tahan dingin segera pakai jaket. Saya cuek aja dibilangin turis bule kalau suhu begini biasa buat mereka. Ya, terserah elo deh ! Bahkan teman turis di guesthouse yang sudah separuh baya menyindir kami yang masih muda karena ambil jeep ke atas, sedangkan dia maunya hiking pakai kaki ke atas, entah karena memang petualang sejati atau menghindari tiket Tn BTS yang Rp200.000 buat wisatawan asing. Kita sih bodo amat, saya juga bukan pendaki gunung kok...


No comments:

Post a Comment