among us

Sunday 24 February 2013

Kereta

Ini bukan bermaksud menyinggung salah satu pihak, hanya ungkapan yang saya rasakan saat berbicara dan bertemu dengan banyak orang, dari seluruh wilayah Nusantara.

"Emang loe gak naik kereta ke Senen? "

"Eh, kau bawak kereta siapa ke sini?"

"Tak payah la.... saya selalu bawa kereta ke pejabat"

Tiga dialog di atas menunjukkan persamaan pada satu kata : "kereta". Permasalahan akan timbul jika si penanya dan yang ditanya kurang wawasan atau memang tidak pernah bergaul dengan banyak orang (bukannya sombong nih.....). Dalam dialog 1 , adalah kalimat yang digunakan sebagian besar penduduk Jakarta. Kereta di sana merujuk kepada kereta api (train), yang entah mengapa disingkat menjadi kereta saja ( entah karena sekarang sudah tidak ada "api" nya lagi, atau memang supaya cepat diucapkan....). 

Dialog 2 menunjukkan percakapan dilakukan antar orang yang ada di Medan. Kereta di percakapan di atas merujuk kepada sepeda motor (Jkt) atau motosikal (Mal). Pertanyaan yang buat bingung adalah, kenapa orang Medan punya variasi sendiri terhadap rujukan benda yang bernama "kereta" ini ? Entahlah, saya juga tidak tahu......

Dialog 3 adalah perkataan umum di Malaysia ( Semenanjung), di mana kereta di sana bermaksud mobil (Jkt) atau motor (Mdn). Jadi, jika tiga orang tadi saling berkumpul, dan tidak pernah terpapar atau tahu soal aturan "perkeretaan" di setiap wilayah berbeda, pembicaraan bisa saling tidak nyambung dan saling bingung. Saya sendiri waktu kuliah, sering tanya dulu kepada teman saya yang asal Medan juga kalau dia bilang datang naik kereta, " Ini kereta versi mana? versi Medan atau Jakarta? "

Contoh di atas adalah contoh kecil perbedaan bahasa. Kadang, saya suka tertawa sendiri melihat banyak orang Jakarta "mempermainkan" bahkan mengolok bahasa Melayu (di Malaysia) yang mereka anggap lucu. Buat saya, itu adalah contoh betapa kerdilnya dan kurang wawasannya sang pengolok tersebut, karena dia tidak tahu kalau bahasa Melayu juga dipakai di Sumatera. Dan saya, sebagai orang yang pernah "terpapar" tiga jenis pembicaraan di atas merasa, biasa saja. Tak ada kesulitan berarti saat rekan saya dari Jakarta datang dan ngobrol sementara saya juga meladeni teman dari Malaysia berbicara, di saat bersamaan. Otak saya tidak pernah bingung dan salah memberikan perintah ucapan seandainya saya bertemu orang Jakarta atau orang Malaysia di saat bersamaan.

Masalah ini timbul, akibat kebanyakan media kita yang terlalu Jakarta-sentris. seolah-olah menganggap bahasa selain logat Jakarta adalah aneh. Padahal, di Indonesia Raya ini, dengan ratusan suku dan sub-suku, perbedaan bahasa bukan suatu hal yang lucu. Saya suka sedih ada yang mengolok-olok bahasa Melayu di Malaysia dengan tidak benar, sambil bertanya sendiri , " Pernahkah mereka semua ini jalan-jalan ke daerah lain? tidak tahukah mereka bahasa yang mereka olok juga digunakan di Sumatera? ". Makanya, saya suka sinis terhadap pihak-pihak, entah dimanapun itu yang mengolok bahasa satu sama lain. Ingin rasanya, saya tunjukkan Kamus Dewan (Mal) atau Kamus Besar Bahasa Indonesia langsung ke muka nya untuk menunjukkan kata yang dimaksud ada dan wujud, bukan bahan tertawaan.

Di akhir kata, ada satu peristiwa yang saya ingat semasa saya kuliah dulu. Sepupu saya yang masih SD dulu sering pulang kampung ke rumah neneknya di Asahan (ibunya orang Melayu Asahan-red) untuk liburan selama libur sekolah. Karena sepupunya semua berbicara dengan logat Melayu Asahan, maka secara otomatis dia jadi terikut gaya bicara Melayu. Ketika pulang ke Jakarta, dan saat bermain bersama temannya, ternyata default bahasanya masih sama. Lantas, apa kata teman-temannya? "Ih......kamu kok ngomongnya kayak Upin Ipin?" ..............

10 comments:

  1. sempat terfikirkan, bagaimana awal bahasa itu muncul dan disepakati bersama . terkesan aneh dengan bahasa yang tampak 'asing' ditelinga, padahal ketika posisinya dibalik, orang yang tak mengenal bahasa yang kita pegang juga merasakan keasingan yang sama pada bahasa kita :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal....
      iya, itulah mengapa, keterbukaan dan wawasan jadi penting saat berbicara, sehingga tak mudah menertawai perbedaan...:)

      Delete
  2. good point, Irdi :)

    *bahasa jiwa bangsa..
    **besarnya pengaruh upin/ipin ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. besar sangat, kak...tak ada anak2 yang tak tahu upin ipin...:)

      Delete
  3. kareta itu kalau dalam bahasa Malaysia/melayu artinya mobil,dulu saya juga ndak tau,pejabat sama dengan kantor,itu bahasa melayu xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal, mbak....
      yups, bener...tapi di Medan, kereta itu sepeda motor..:X
      kita aja ambil dari bahasa belanda buat kantor (Kantoor = Office)...

      Delete
  4. Replies
    1. awas telanggar kereta wak....hahaha....
      mana nih, blogmu gak update?

      Delete
  5. tersenyum saya membaca tulisan kamu ni.....
    sy baru pulang dari medan dan sy di tegur oleh pak supir di sana sebab panggil dia bapak.katanya dia masih muda.di suruhnya panggil abg....
    salam kenal dari saya...:-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal kembali, akak...:)
      itulah indahnya berbahasa.....untung tak panggil om ke supir tu...hehe

      Delete