among us

Monday 20 January 2014

Hellfire Pass Museum: Potongan Sejarah Yang Terlupakan - Part 2

Lanjutan dari sini...

Keluar dari museum dari pintu depan, kita langsung ke kiri bangunan untuk turun ke Hellfire Pass nya, yaitu laluan rel kereta api zaman dulu yang dibangun Jepang. turun melewati dek observasi yang berlantai kayu, di setiap titik tertentu ada penjelasan yang hanya dapat diketahui melalui rekaman yang  harus kita sewa di museum. Kita? ya jelas aja kita gak sewa itu alat...soalnya kan menghemat...Hahaha....jadi, kita terus turun dari dek observasi terus ke lereng bukit yang jadi lintasan kereta api zaman dahulu.

Papan keterangan awal

Sisa-sisa jalur kereta api terlihat dari batu-batu kerikil yang berserakan di sisi bukit. Hingga kemudian, sampailah kita ke bagian bukit yang terbelah. Apa yang menarik? Di sini terdapat sisa patahan Drill Compressor yang patah. Bayangkan, kalau mesin saja patah saat membelah batu gunung ini, bagaimana dengan manusia? dan itu dilakukan sepanjang ratusan kilometer sampai ke Myanmar! Di sini keadaan sekitar seperti sendu dan sayu...kalau ada acara uji nyali, tempat ini cocok banget (bercanda...). Di kiri kanan banyak pohon-pohon yang tua dan tinggi-tinggi, seolah menjadi saksi bisu apa yang terjadi di sini di masa lalu.

Sisa Jalur Helfire Pass

Sisa rel di Hellfire Pass

Keluar dari celah bukit yang terbelah, ada semacam prasasti yang berisi peringatan terhadap para korban yang tewas di sini. Jalur selanjutnya ditutup, mungkin karena terlalu bahaya buat dilewati. Dari sini, ada dua pilihan untuk balik ke Museum, pakai jalur tadi yang singkat atau pakai jalur lama. Nah...berhubung saya punya jiwa bolang yang tinggi, saya pun dengan beberapa teman memilih jalur yang lama. Dan....amazing sekali, ternyata anak tangganya curam sekali naik ke atas, dan jalurnya lebih panjang dari yang jalur baru. Kita aja sampai "diledekin" sama kakek-nenek bule waktu sampai puncak bukit dan kita kelelahan. "Well done!" kata si kakek. Beuuhh....

Memorial Stone buat para perwira Australia yang meninggal di sini


Jalur lama ini perlu waktu 45 menit untuk balik ke gedung museum, dengan pohon bambu di kiri-kanannya. Lagi, saya pun berpikir usil kalau tempat ini cocok banget buat tempat uji nyali. Siang aja suasanya syahdu, sunyi dan senyap begitu apalagi kalau malam....pasti....hiiii. Sampai di parkiran, kita makan kuaci sebagai bentuk perayaan melewati jalur yang lama ini, naik turun bukit dan sempat takut kesasar. Perjalanan di museum selesai, kemudian kita singgah ke Sai Yok Noi waterfall sebelum balik ke Kanchanaburi Terminal.

6 comments:

  1. Memangnya australia pernah berperang dengan negara apa?
    kan dia sekutu dan super power.

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena dia sekutu Inggris, saat Malaya dan Burma jatuh ke tangan Jepang maka semua serdadu sekutu yang tertinggal jadi tawanan...ternyata, tentara Australia yang banyak di sana, jadilah tentara Australia yang jadi pekerja paksa...

      Delete
  2. Bangsa besar adalah bangsa yg menghargai sejarahnya.
    Patut dicontoh ni Thailand. Emang kalau mau belajar kepariwisataan kudu belajar ke negara gajah putih ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju...mesti banyak belajar soal pariwisata ke Thailand..

      Delete
  3. Replies
    1. acara TV di sini...seorang peserta akan ditinggal di tempat yang seram dan konon banyak hantu sepanjang malam....

      Delete